Bisnis Online, Riwayatmu Kini

in Steem Entrepreneurs3 months ago

images.jpeg


Bisnis e-commerce di Indonesia semakin menjanjikan dan mengalami lonjakan yang signifikan, terutama dalam dua tahun terakhir.

Perdagangan berbasis digital diproyeksikan tumbuh hingga 32% dibanding tahun 2023, yang mencapai 235 trilyun rupiah, melonjak menjadi 337 trilyun rupiah pada tahun ini. Disisi lain lonjakan perdagangan berbasis digital dituding menjadi penyebab penurunan omset para pedagang tradisional di pasar dan pusat pertokoan.



1713184182725.jpg
Gambar: Ilustrasi, koleksi foto pribadi

Lonjakan perdagangan elektronik atau e-commerce di Indonesia, seakan tak bisa dibendung lagi. Maraknya fenomena belanja online ini terutama semakin melonjak saat pandemi terjadi beberapa tahun lalu. Belanja masyarakat melalui e-commerce diperkirakan meningkat 128% antara tahun 2023, hingga tahun 2026 mendatang mencapai nilai transaksi sebesar 98 milyar dolar Amerika. Nilai transaksi e-commerce Indonesia menjadi yang terbesar diantara negara-negara Asean, melampaui Vietnam, Thailand, dan Filiphina.

Disisi lain lonjakan perdagangan elektronik atau belanja online ini ternyata dituding berdampak negatif terhadap para pedagang tradisional yang masih melakukan transaksi melalui gerai, atau pusat perbelanjaan. Para pedagang diberbagai daerah kini juga mulai mengeluh anjloknya omset penjualan mereka setelah pandemi selesai. Mereka mengaku tidak banyak lagi warga yang kembali belanja dipertokoan, karena masyarakat lebih memilih belanja secara online. Pedagang mengaku, omset mereka bahkan anjlok hingga 50%. Sejumlah penyedia jasa e-commerce dan media sosial dituding sebagai penyebab sepinya transaksi di pasar tradisional, ditengah meroketnya transaksi belanja online.



6256646fd6de4.jpg

Tak dapat dipungkiri saat ini perdagangan elektronik atau belanja online lebih digemari masyarakat. Selain praktis dan harga yang relatif murah, banyak kemudahan lain yang didapat masyarakat dengan belanja online. Tak heran, belanja online di Indonesia terus meningkat. Maraknya perdagangan elektronik yang kini banyak dikritik adalah melalui platform media social, atau sosial commerce. Penjualan di platform ini bukan hanya melibatkan para pedagang ataupun UMKM, tapi juga konten kreator ataupun influencer. Hanya dalam waktu singkat, mereka bisa meraup omset hingga milyaran rupiah.

Transaksi perdagangan di social commerce, bisa menembus ribuan, bahkan puluhan ribu per hari, dari seorang konten kreator, atau influencer. Maraknya perdagangan elektronik atau e-commerce di Indonesia saat ini menuai pro dan kontra di masyarakat.

"Ya, kalau kita berbicara pertumbuhan e-commerce itu mulai dari tahun 2009-2010. Banyak sekali bermunculan e-commerce-e-commerce market. Dan baru pada tahun 2019 kita mempunyai aturannya. Nah, waktu pandemi, itu juga merupakan salah satu titik poin kita. Karena banyak sekali pedagang UMKM itu yang terkena dampak-dampak waktu pandemi. Dan dari data buatan Indonesia yang ide pekerja sama dengan pemerintah, dari bulan mei 2010-juni 2023, itu sudah ada 14 juta, delapan UMKM yang unboarding ke platform digital. Jadinya itu merupakan salah satu titik poin kenapa banyak orang yang sekarang terjun kedalam platform e-commerce".

Sebenarnya e-commerce dan social commerce ini, apakah kerjanya itu saling bersinergi atau malah saling bertentangan?

"Ya, saya rasa social commerce dan e-commerce merupakan satu adaptasi ya, dimana yang tadinya kita social commerce itu dari dulu sebenarnya. Ya kalau kita masih ingat platform seperti kaskus, itu merupakan sosoal media, yang dia akhirnya tergabung menjadi e-commerce itu sendiri. Nah, sekarang ini dengan perkembangan jaman, social commerce itu juga menjadi salah satu channel bagi para e-commerce sebenarnya yang bisa dimanfa'atkan berjualan disitu juga. Jadi memang adaptasi dari teknologi itu bertumbuh pesat, sekarang juga saatnya berkolaborasi".

Melihat kondisi ini, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan, memutuskan untuk melakukan revisi dan perbaikan undang-undang yang mengatur perdagangan elektronik, terutama di platform social commerce.

"Diseluruh dunia dimanapun, tidak ada pemerintah yang UMKM nya itu gulung tikar, diam aja, enggak ada. Pemerintah harus adil, karena dimanapun, negara manapun kalau UMKM nya enggak berkembang negaranya enggak akan maju. Kita tau 95% Indonesia itukan perusahaannya itu UMKM, gitu. Oleh karena itu pemerintah harus adil dan berpihak. Media sosial, di Amerika ketat sekali, kita tidak begitu, enggak boleh. Di India enggak boleh, uni Eropa enggak boleh".

Pemerintah akan merevisi aturan terkait perdagangan elektronik, yaitu social commerce, dikembalikan pada fungsi semestinya sebagai media sosial. Jasa perdagangan akan dilayani melalui commerce. Pemerintah akan melindungi industri dalam negeri dan UMKM dengan menerbitkan positif list di e-commerce, dan barang impor yang bisa dijual di commerce, akan ditentukan dan nilai barang itu yang dijual minimal berharga 100 dolar Amerika Serikat.

Pemerintah terus berupaya melindungi pasar dan industri dalam negeri, terutama UMKM. Kebijakan ini diharapkan dapat memberi angin segar bagi perekonomian negara. Namun, kemajuan teknologi tak bisa dibendung, dan social commerce harus diakui telah membantu banyak orang dan menjadi sumber pemasukan. Jumlah penduduk di Indonesia yang sangat besar merupakan pasar yang menggiurkan dan menjadi pemicu berkembangnya transaksi online. Bahkan membuat Indonesia menjadi pusat pertumbuhan ekonomi digital, karenanya perubahan perilaku konsumen harus dicermati oleh para pedagang dan pengusaha UMKM, sehingga keduanya saling menguntungkan.

Salam kompak selalu.

By @midiagam

Sort:  

Upvoted. Thank You for sending some of your rewards to @null. It will make Steem stronger.

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.13
JST 0.029
BTC 65862.35
ETH 3444.22
USDT 1.00
SBD 2.68