Artis Nyaleg

Fenomena artis nyaleg sebenarnya bukan hal baru. Sejak beberapa pemilu terakhir sudah banyak artis yang nyaleg. Dan sekitar 65 artis bakal ikut nyaleg di pemilu 2024 mendatang.

Ada yang berstatus pendatang incomers atau petahana. Ada pula pendatang baru di dunia politik. Namun ada yang bikin geger, ada artis nyaleg di dua partai.

Padahal jelas, peraturan KPU nomor 22 tahun 2018, pencalonan hanya boleh dilakukan satu partai.

Popularitas alias banyak dikenal dan diomongin orang. Dua kriteria ini rupanya memang jadi alasan parpol mencalonkan artis. Makanya, wajar kalau masyarakat ragu-ragu dengan kemampuan politik si caleg artis.

Artis Nyaleg, Gimana Pendapat Sahabat Steemian?

"Tapi saya jujur saja ragu ya,karena balik lagi kalau kompetensi itu harus lihat dari prikotnya mereka. Jadi enggak usahlah. Karena saya pikir mereka sudah kontribusi sejauh mana sih di entertain Indonesia, dan politik itu adalah hal yang berbeda sama entertain."

Nah, itu tadi pendapat sebagian masyarakat yang saya tanya.

Dampak kepopuleran mereka dianggap bisa mendongkrak popularitas partai, sehingga raihan kursi dewan tercapai.

Banyak artis nyaleg yang gagal berpolitik, faktanya enggak sedikit yang karir politiknya justru sangat cemerlang, sampai bertahan puluhan tahun mengemban kepercayaan masyarakat.

"Tidak bisa kita kategorikan bahwa artis tidak memiliki kapasitas, hanya masalahnya adalah ada yang mendorong atau tidak. Dede Yusuf, katakanlah sudah lama berada di dunia politik. Jadi, karakter kita lah yang kita bawa. Politik itukan boleh belajar berakting, kenapa belajar berakting?"

"Pada dasarnya, satu dia harus mampu meredam emosinya sendiri, dia harus mampu meredam ambisinya sendiri untuk memperjuangkan kepentingan lebih besar, kepentingan bangsa, kepentingan rakyat dan sebagaiya. Jadi tidak bisa serta merta hanya karena popularitas."

Siapa pun yang nyaleg, faktanya pilihan tetap di tangan good people. Mau calegnya artis, maupun non artis. Kalau sudah jadi pejabat, jangan sengsarakan rakyat ya please !

"Siapapun ketika dia menjadi publik figur, dia harus siap. Katakanlah dibuka rekam jejaknya, kita kembalikan kepada masyarakat bahwa masyarakatlah yang mampu menilai rekam jejak seseorang. Kita memiliki rekam jejak perubahan itu atau tidak. Karena konteksnya kembali lagi, masyarakat sekarang lebih pintar didalam memilih."

Salam kompak selalu.

By @midiagam