Cerita kami pada Pray For Pijay 7 des 2016
Betapa beruntungnya kita sahabat, kita tinggalkan segala kesibukan masing-masing untuk berjalan diatas jalanan dipayungi matahari kita berjalan tampa lelah, kios demi kios, warung demi warung kita hampiri selalu manis terucap salam kepada mereka pemberi, sebuah ilmu yang tidak akan kita dapati bila tadinya Allah tidak menarik hati kita untuk turut berpartisipasi. Maaf bila dulu saya selalu berfikir bahwa ketika terjadi sebuah musibah besar maka kita punya pemerintah yang bertanggung jawab, pemerintah telah membayar gaji relawan, memberi santunan untuk korban "untuk apa lagi saya harus turun berpartisipasi",.
Dalam perjalanan minta meminta selama dua hari sunguh cukup banyak ilmu yang kita dapati, kini kita menyadari bahwa betapa mahalnya keikhlasan, kepedulian dan rasa iba terhadap sesama, saya ingat betul kejadian disaat saya ditugaskan memasuki sebuah pasar dengan kotak amal yang bertulis " Fakultas Hukum Unimal #PrayforPijay, setelah berkeliling dan mendapati partisipasi para pedagang, disaat hendak keluar dari pasar saya dan teman saya " Chalik Mawardy " terkejut dengan suara adek kita yang dalam perkiraan usianya berkisar 6 atau 7 tahunan, dia memanggil "om-om adek mau nyumbang" saya memandang kearahnya yang sedang memasukkan beberapa lembar uang kedalam kotak sumbangan seraya berucap "terima kasih Dinda" kemudian dia bertanya "om ini untuk korban gempa ya", iya jawabku", "om ini masih ada uangnya" yang dimaksudnya bahwa dia masih memiliki beberapa sisa uang dikantongnya yang juga ingin disumbangkan, melihat semangatnya untuk berbagi saya mencoba menasehati "Dek itu sisanya simpan aja buat jajan karna adekan udah nyumbang", namun betapa hebatnya iya menjawab "tidak apa-apa om semakin banyak memberi nanti semakin banyak rejeki ayah", tiba-tiba datanglah ayahnya dengan penuh senyuman mengusap-ngusap kepala anaknya, tentunya adalah suatu kebanggan bagi sang ayah mendengar ucapan anaknya. Sebuah pelajaran berharga bahwa anak seusia 6 tahun lebih mengetahui bahwa bersedekah/berbagi tidak akan mengurangi harta kita.
"Barangsiapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)", QS. Al-An’am : 160.
"Apabila seorang anak Adam mati putuslah amalnya kecuali tiga perkara : sedekah jariah,atau ilmu yang memberi manfaat kepada orang lain atau anak yang soleh yang berdoa untuknya."
(Hadith Sahih - Riwayat Muslim dan lain-lainnya).
Cukup banyak kejadian menarik yang tidak mungkin tertulis semua, namun ada beberapa moment yang benar-benar menjadi bahagian yang tidak akan mampu terlupakan, seperti yang diceritakan koordinator Zabir Usman , ketika hendak kembali dari pasar ke star awal mereka menumpangi angkot (labi-labi) saat hendak membayar, sang supir berkata "saya tidak menyumbang uang maka sebagai gantinya abang gratiskan ongkos untuk adek-adek semua", dengan ucapan terimakasih bibir berucap haru kepada abang supir, " cerita koorlap.
Dari anak-anak, sopir, dan sampai dengan ibu-ibu Lanjut Usia (Lansia).
Ibu Lansia, ketika saya mampir disebuah warung buah-buahan seperti biasa diawali salam menyapa, serentak seiisi warung menjawab salam ku, lirikku kepada seisi warung kulihat dipojok warung ada seorang ibu-ibu lansia yang sedang mencicipi buah-buahan, kami pun berjalan menyedorkan kotak sumbangan kepada setiap orang, dan hampir semua turut berbagi, saat hendak meninggalkan warung tersebut si Ibu Lansia kemudian memanggil "hai nyak pakoen neupeulewat lon, nyoe na bacut bak lon, laen hana teupeu mak bie, neutulong cok neuk nyoe nyang na bak mak, bah pih bacut kapeuizin mak sumbang, (nak kenapa engkau melewatiku, ini ada sedikit ala kadar dariku, tolong terima nak, cuman ini yang mamak punya, walaupun sedikit izinkan saya juga untuk menyumbang), kamipun seketika terdiam bisu merasa malu karena sempat berfikir untuk tidak menyedorkan kotak sumbanga kepadanya, bukan karena berfikir iya tidak akan memberi, tapi takut membebankanya.
Apa yang membuat saya sangat bersyukur dan sangat bangga pada Bangsa Indonesia hari ini, yang pertama ada cinta yang sangat luar biasa pada setiap hati, kita merasakan duka disaat saudara-saudara kita berduka,
Yang kedua, keIkhlasan dalam memberi tanpa melihat dalam wujud apa yang harus dibagi
Yang ketika, anak-anak yang sudah tertanam dihatinya rasa untuk berbagi kepada sesama,
Yang keempat, banyak orang tua (ayah/ibu) menunjuk anaknya sebagai penyumbang, ini peltandakan bahwa sejak usia dini para orang tua sudah mengajarkan anak-anaknya untuk berbagi. Dan tentunya masih cukup banyak poin-poin keberkahan lainya.
Tulisan ini tidak bermaksud mempublikasi kegiatan amal agar mendapatkan poinplus dari pembaca atau agar ada yang tau kalau kami juga beramal, tulisan ini dapat dipastikan bahwa ada suatu kebanggaan yang tak dapat digambarkan dalam suatu bentuk, kebanggaan menjadi bangsa Indonesia, bangsa yang haus dalam kebhinekaragaman dan cinta hebat dan tentunya sebagai proses belajar menulis.
Semoga kelak kita dihadiahkan suami/istri dan anak-anak yang sholeh/sholehah, dan kita tumbuh sebagai pribadi yang kuat "bersahaja".
Pernah dipublis pada tanggal 11 des 2016.
Keren bung @lasttourism, teruslah berkarya