Bohong, tipu, dusta, gombal dan bual adalah ungkapan yang sering kita pakai dalam kehidupan sehari-hari untuk sesuatu hal yang tidak ditepati, tidak seperti yang dijanjikan dan tidak seperti yang dikatakan ataupun menyatakan keadaan yang tidak sama seperti keadaan yang sebenarnya. Meskipun secara ilmiah penggunaan kata-kata diatas punya konotasi yang berbeda-beda semisal bual itu lebih ringan daripada bohong dan dusta itu lebih berat dari bohong.

Lying, deceit, lie, rags and boasting are the phrases we often use in daily lives for a things that we are not kept, we're promised but not we take care or we say or state a things but we're not the same as true circumstances. Although scientifically the use of the words above have different connotations such as the lighter is lighter than the lie and the lie is heavier than lying.

Pada dasarnya berbohong tidak boleh dilakukan (haram), tetapi dalam keadaan tertentu, agama memberikan kelonggaran dalam konteks-konteks tertentu. bahkan hukumnya menjadi sesuatu yang dibolehkan (berbohong itu boleh) sampai dengan diwajibkan (berbohong itu wajib).

Basically, we should not lie, but in certain circumstances, there is some opportunities and waivers given so that the law becomes allowed (lying is allowed) and obligatory (lying is mandatory).

---

---

Saya pernah berbohong, Kamu ?

I ever lied in my life, aren't You ?

Pertanyaan diatas sangat sederhana bukan ? bukan hendak membongkar kepribadian anda dan bukan pula maksud saya mempertanyakan taraf moralitas anda, namun banyak orang yang kemudian merasa marah dan tidak suka dikatakan sebagai pembohong walaupun dalam kehidupannya pernah melakukannya, berbohong adalah suatu tindakan yang pasti semua orang pernah melakukannya. Tidak usah dipungkiri bahwa kita pernah berbohong untuk sesuatu yang kita inginkan, berdusta agar tidak disalahkan dan berkhianat untuk sesuatu yang ingin kita dapatkan. Bohong (kata kerjanya berbohong) dalam konteks agama masih mendapatkan keringanan/kelonggaran meski tidak dianjurkan untuk dikerjakan, berbeda halnya dengan khianat, dusta dan menipu. Keringanan yang saya maksudkan adalah berbohong untuk memotivasi seseorang, menyelematkan hidup seseorang dan menyenangkan hati orang yang kita sayangi.

The question above is simple, isn't it? I don't want to open your personality and dont want to ask your level of morality. Sometime, many people feel angry and dont like to be told as a liars. Although in life someone must have done it. It is undeniable that we ever lie for something we want, lie so as not to be blamed and betrayed for something we want to get.

Salah satu contoh pengecualian yang mendapatkan restu agama adalah "Bukanlah pendusta orang yang mendamaikan antara manusia (yang bertikai) kemudian dia melebih-lebihkan kebaikan atau berkata baik". [Muttafaqun 'Alaih]

---

---

Sebagai contoh, anda pernah menjenguk orang sakit kan ? nah, belum ada sejarahnya seseorang yang menjenguk orang sakit patah kaki atau penyakit berat lainnya, lalu dengan jujur mengatakan bahwa orang tersebut tidak akan sembuh, bukan hanya cemooh yang akan didapat, dilempar keluar oleh keluarga si sakit juga sangat mungkin terjadi. Contoh lain adalah dalam sebuah konflik seperti di Aceh, dimana hukum seolah hanya dimiliki oleh yang bersenjata dan nyawa siapapun menjadi taruhannya, sangat mungkin bagi seseorang untuk berbohong agar dapat menyelematkan nyawa yang tidak bersalah, apalagi yang dicari tersebut adalah keluarganya.
Sangat mungkin bagi seorang suami mengatakan bahwa masakan istri enak, meski yang anda rasakan adalah asin bukan kepalang, sangat mungkin bagi pacar mengatakan bahwa baju kekasih hatinya sangat menarik, walaupun dalam pikirannya baju itu norak dan jelek, atau seorang kawan menyatakan bahwa kawannya sangat pintar walaupun dalam hatinya si kawan sebenarnya dungu dan bodoh.

For example, you have visited someone the badly sick person, right? do you ever hear that someone who visit a sick person like broken leg or other serious illness, then with honestly he says that the person will not heal and not survive ? you will be scorned, even thrown out of the house by his family. Another example is in conflicts such as in Aceh, where the law is owned by a gunman and anyone's life can be a bet, it is very likely that someone is to lie in order to save another person's life for not being guilty, let alone it is his family.
It is possible for husbands to say that his wife's cooking is tasty, but its not, in his mind say that your cook is very salty. Or its possible for your boyfriend to say that your shirt is very attractive, but in his mind the clothes are tacky and ugly, or your friends claim that you are very clever, but not, maybe in his heart he says you are actually dumb and stupid.

---

---

Lalu, apakah berbohong adalah sebuah fitrah/melekat dengan sifat manusia ?

Then, is a lying a human nature that has been attached to someone ?

Tidak, sesuai judul diatas saya katakan bahwa bohong itu adalah pilihan. Bohong adalah perbuatan hukum dan pelaku hukum adalah kita sendiri, dalam konteks tertentu saja kita diberikan fasilitas berbohong dan ingat itu hanya pengecualian, ini artinya bahwa tidak selamanya kita bisa berbohong (dibatasi). Keadaan seseorang yang terus berada dalam keadaan berbohong justru menentang fitrahnya sebagai manusia yang sejak awal suci, lalu kemudian terkotori akibat kesalahannya sendiri. Sifat tidak berusaha mengembalikan kepada kesucian inilah yang dikatakan bertentangan. Kalau sudah berbohong maka berusahalah untuk menutup kesalahan itu dengan sebuah amal baik.

Of course No, I say that a lie is an option. Lying is a deed and we are the one who make it, so we are the ones who manage our deeds.
In certain contexts, we are given the facility to lie and remember !! it's just an exception, meaning that we can not always lie (limited). The state of a person who continues to lie just opposed to his natural nature as a human being from the beginning of holy, and then fouled by his own mistakes. when we do not try to restore the self-purity, this is the opposite. If you have lied then try to close the mistake of lying it with good deeds.

Logikanya, baju itu baru sejak kita beli, lalu kemudian menjadi kusam karena kita pakai, maka cucilah pakaian tersebut agar kembali bersih. Awalnya kita berbuat jujur kemudian berbohong telah membuat kita menjadi bersalah, maka cari perbuatan terpuji agar kesalahan tersebut dihilangkan dengan amalan baik itu.

---

---

Lalu apa hubungannya dengan bunga ?

Mudah sekali menghubungkannya, karena bunga banyak mengajarkan kepada kita arti kejujuran, tampil apa adanya dan selalu terlihat cantik dan bagus bahkan bunga dengan tampilannya bisa mendinginkan jiwa dan menyejukkan kalbu.

Bunga Kembang Sepatu tidak pernah berbohong dan menginginkan tampil seperti Anggrek. Anggrek tidak pernah membohongi diri sendri dan orang lain bahwa dia adalah bunga yang cantik tanpa harus tampil sombong kepada bunga lain. Bunga-bunga konsisten dengan keadaannya dan tujuannya diciptakan. Dimana ia ditanam, disanalah pula ia akan berakar dan menampilkan keindahannya. Manusia kadang bisa berkiprah dimana saja, namun sejatinya bahwa sejak awal ia adalah ciptaan yang jujur, dan berusahalah untuk menjaga kejujuran itu dan suburkanlah dalam diri.

It's easy to connect, because flowers teach us the meaning of honesty, appearing as it is and always look beautiful and nice. Flowers also with looks can cool our soul and our heart.
Hibiscus never lie and want to look like an orchid. an Orchids never lie to themselves and its environment that she is a beautiful flower without arrogant to other flowers. The flowers are consistent with the circumstances and the purpose is created. Where it is planted, there it will also take root and display its beauty. Humans sometimes in their activities anywhere, but from the beginning we know human is respectable creation for being honest, and keep try to be honesty.

Semoga tulisan ini bermanfaat, salam hangat dari saya

@khaimi