Hi teman steemian apa kabarnya di sore ini, semoga tetap dalam keadaan baik dan sehat selalu ya. Kali ini penulis berilustrasi bagaimana kehidupan seorang yang nasibnya belum beruntung seperti pengemis dan pengamen yang hidup di tengah kebisingan kota. Bukankah ada kalimat yang berbunyi "Tangan yang di atas lebih baik dari pada Tangan yang di bawah" yang maknanya adalah orang yang memberi itu lebih baik daripada orang yang meminta-minta

Hi steemian friend what is it in this afternoon, hopefully stay in good condition and healthy always yes. This time the author illustrated how the life of a fate unlucky like beggars and street singers who live in the middle of the city noise. Is not there a phrase that says "The above hand is better than the Hands down" which means that the person who gives it is better than the person who begs

Siapa pun tidak ada yang bercita-cita menjadi pengamen apalagi menjadi pengemis ? Semua anak kecil kalau ditanya cita-citanya maka akan menyebut keiginannya kalau sudah besar akan menjadi dokter, insinyur, pilot, ahli ekonomi, seniman dan lain sebagainya. Dan tidak ada anak kecil yang memiliki cita-cita menjadi pengamen atau pengemis. Tidak pernah mereka bayangkan dalam mimpi pun tidak tersirat kalau jadi pengemis, pengamen.
Setidaknya belum pernah penulis dengar seseorang anak yang menjawab "ingin jadi pengemis atau ingin jadi pengamen" saat ditanyakan apa cita-citanya. Namun kenyataannya kedua potensi itu kita jumpai dimana-mana di setiap sudut kota, di perempatan-perempatan jalan, di lampu merah, di pasar-pasar dan di dalam bus kota.
Banyak anak-anak usia sekolah yang terpaksa tidak sekolah dan harus berjuang mempertahankan hidup dengan membawa rangkaian tutup botol untuk mengiringi suaranya yang fals atau ada pula seorang ibu yang menggendong anak kecil berjalan di jalan-jalan kota sambil meminta-minta

Anyone no one dreams of being a busk let alone being a beggar? All small children when asked for their dreams will mention the keiginannya when it's big will be a doctor, engineer, pilot, economist, artist and so forth. And no small child has the ideals of being a singer or beggar. They never imagined in dreams not implied if they were beggars, singers.
At least the author has never heard a child who answered "want to be a beggar or want to be a singer" when asked what his ideals. But the reality is that the two potentials are encountered everywhere in every corner of the city, in crossroads, in red lights, in markets and in city buses.
Many school-aged children are forced to stay out of school and struggle to survive by bringing a series of bottle caps to accompany their false voices or there is a mother holding a small child walking in the streets of the city while begging

Di kota Lhokseumawe pun sering kita jumpai mereka bahkan kini semakin banyak di banding empat dan lima tahun yang lalu, Bagaimana lah dengan kota-kota lain, bisa jadi semua sama saja. Itu adalah potret buram kehidupan sosial di perkotaan. Tapi bagaimana pun juga itu adalah kenyataan bukan? Disini penulis tidak maksud menyalahkan mereka sebab pastinya mereka tidak ingin bernasib seperti itu.
Mereka adalah sosok yang terpinggirkan dan tergilas oleh riuh dan hinggar-bimggarnya kota-kota besar

In the city of Lhokseumawe we often encounter them even now more and more in appeal four and five years ago, How is it with other cities, it could be all the same. It is an opaque portrait of social life in urban areas. But somehow it is a reality is not it? Here the author does not mean to blame them because surely they do not want to end up like that.
They are a marginalized figure and crushed by the noise and hinggar-bimggarnya big cities

Bagi pengamen jeritan hati coba mereka sampaikan lewat lagu dengan improvisasi yang apa adanya sehingga kadang terdengar lucu atau kocak menghibur kadang malah menyindir kadang kalau simak lagu yang di bawa kan oleh pemgamen yang masuk ke warung kopi di kota lhokseumawe membuat terkadang penulis yang kebetolan menikmati secangkir kopi ketika mendengar lagu dari pengamen membuat terkadang penulis tersenyum sendiri mendengarnya di akhir sebuah lagu
Pengamen : saya kira lebih mulia mengamen daripada mencuri uang negara
Pengamen : diberi seribu terimakasih kalau dua ribu terimakasih banyak apalagi kalau dikasih lima ribu saya doakan selamat kalau yang tidak memberi keterlaluan sekali
Pengamen : yang pura-pura tidur saya doakan cepat gemuk

For the singers of heart screams they try to convey through the song with improvisation is what it is so sometimes it sounds funny or funny sometimes sometimes even insinuate when referring to the song that was brought by pemgamen who entered the coffee shop in the city of lhokseumawe make sometimes writers who fetched a cup of coffee when hearing the song from the buskers make sometimes the author smiled himself heard it at the end of a song
Buskers: I think it's more noble to singing rather than stealing state money
Buskers: given a thousand thanks if two thousand thanks a lot especially if given five thousand I wish you congratulations if that does not give too much
Buskers: who pretended to sleep I pray quickly fat

Terjadilah perbincangan yang hangat antara teman yang pertama yang sangat antipati dengan teman yang kedua ada simpati terhadap nasib pengemis, pengamen
Teman yang pertama berkata : jika memberikan mereka uang itu tidak mendidik membuat mereka tergantung pada belas kasihan orang sehingga mereka menjadi malas berusaha

Teman yang kedua berkata :sebaiknya kita beri saja, bahwa dalam harta kita ada hak orang miskin seperti pengemis dan pengamen tersebut

Teman yang pertama : di sisi lain pemberian semacam itu tidak menyelesaikan masalah padahal pekerjaan meminta-minta jelas bukan pekerjaan yang baik dan jika kita selalu memberi nya itu juga bukan tindakan mendidik

Teman yang kedua : ya jika mau memberi maka berikan lah dengan ikhlas, jika tidak bisa memberi bersikaplah yang baik. Ketika di perjalanan jadi sewajarnya tidak perlu menyediakan uang kecil atau uang receh untuk jaga-jaga dan jangan pula seperti ini
Alkisah Aladin berjalan di kota kemudian berjumpa lan Aladin dengan seorang pengemis tua yang keadaan tubuh nya letih dan rusuh berjalan menggunakan tongkat. Seketika sang pengemis tua tersebut menghampiri Aladin sambil berkata

Pengemis : sedekahnya pak

Aladin : waduh tisak ada uang kecil ini yang ada cuma uang Rp.50.000,- ( lima puluh ribu rupiah ), oke pak pengemis ini ambil tolong dikembalikan Rp 47.000,- ( empat puluh tujuh ribu rupiah )

Pengemis : untuk saya Rp. 3000,- ( tiga ribu rupiah ) ya, ikemudian sang pengemis merogoh kantong nya sambil menghitung uang kembalian dan berucap ini ambil kembalian uang bapak sebesar Rp. 47.000,- ( empat puluh tujuh ribu rupiah )

Aladin : menggambil uang kembaliannya sambil tercengang ???

There was a warm conversation between the first friend who was very antipathy with a second friend there was sympathy for the fate of beggars, singers
The first friend said: if giving them money is not educating make them depend on the mercy of people so they become lazy to try
The second friend said: we should just give it, that in our possessions there is the right of the poor like beggar and the singer
The first friend: on the other hand such giving does not solve the problem when the begging job is obviously not a good job and if we always give it it is also not an act of educating
The second friend: yes if you want to give then give it with sincerity, if can not give good attitude. When on the trip so naturally do not need to provide small money or coins for precaution and do not also like this
Once Aladin running in the city then met lan Aladin with an old beggar the state of the body of his tired and violent walking sticks. Instantly the old beggar is approached the Aladin, saying Beggars: sedekahnya pack Aladin: whoa tisak there is a small fortune that there is only Rp. 50. 000,( fifty thousand dollars), okay pack of this beggar take please be returned Rp 47. 000,( forty seven thousand dollars) Beggars: for me Rp. 3000,-( three thousand dollars) yes, ikemudian the beggar reached into bags his counting money return and say this take the return money father of Rp. 47. 000,( forty seven thousand dollars) Aladin: took this money the change while stunned???

Ini cuma imajinasi penulis ya, sebaiknya kalau ada uang di tangan akan ku berikan dengan ringan hati, tidak usah terbebani pikiran macam-macam. Begitu pun kalau sedang tidak ada uang lagi kantong kereng alias bokek, ya tidak usah kasih dan tidak perlu memaksa diri asal tetap bersikap baik dengan begitu rasanya hati ini lebih lapang selalu. Demikianlah tulisan ini dibuat untuk semua teman steemian dimana pun berada dan mohon maaf jika ada kesalahan kalimat dalam penulisan serta penulis mengharapkan dukungan komentar, upvote, resteem nya.
Salam

It just author' s imagination yes, preferably if no money in the hands I' ll give with mild liver, should not burdened mind all kinds. So even if you are no more money bag surly aka broke, yes no need to love and do not need to force the self- origin remain well with so it feels the heart is more airy always. Thus this writing for all friends steemian wherever located and apologize if any errors sentence in writing as well as the authors expect support comments, upvote, resteem her.
Regards