Collective Thoughts of Jun Imaginer #3 : Cerminan Diri atau Pelengkap Kekurangan Diri
Hai,
Selamat datang kembali di Collective Thoughts of Jun Imaginer.
Sebuah serangkaian penuangan kumpulan buah pikiran karakter Jun Imaginer yang menurut hemat penulis sebaiknya di'tuang'kan agar tidak meluap. Penuangan ini bukan barang tentu intisari dari hasil menyaring serokan bijih emas diantara pasir dan lumpur. Tulisan ini masih sangat mentah, seperti nira yang baru saja disadap dari tangkai batang bunga pohon Arenga Pinnata. Masih sangat legit, bergetah dan lengket, menyusahkan dan kurang menyenangkan. Makanya segera di lepas karena takutnya penulis jika disimpan terlalu lama dikepala tulisan ini bakal berfermentasi dengan sendirinya sehingga memabukkan dan membuat penulis lupa diri.
Tulisan ini berwujud bukan dengan maksud ingin mendikte pembaca dengan membusungkan dada dan berkacak pinggang. Penulis hanya menulis untuk dirinya sendiri dan untuk atau sebagai kepuasan diri. Satu hal lagi karena buah pikiran Jun Imaginer sering kali bukan sesuatu hal yang enak dibicarakan di meja warung kopi.
Enak dalam artian topik yang sederhana, sepele, remeh yang dibaluti dengan kelakar dan canda tawa. Lalu, apa yang salah? Tidak ada. Yang salah jika Jun Imaginer menyuntik paksa vaksin paham eksistensialisme ditengah kepulan asap tembakau filter dan kretek dan bercak noda lingkar kopi susu yang dihinggapi lalat.
Sama halnya seperti asap dan lalat yang berwujud nyata tampak terlihat tapi hampir mustahil di tangkap dengan tangan kosong. Begitu juga dengan buah pikiran yang kita Jun Imaginer kira ada, ternyata tidak benar-benar ada jika ditangkap dengan tangan kosong. Yah, paling tidak sih untuk pembenaran diri masih ada semangat untuk menggapai fatamorgana di ujung jalan sana.
Berbuat salah itu mudah yang sulit itu mengakui kesalahan sendiri lalu bersembunyi dibalik pangkal ujung jari telunjuk yang mengarah pada orang lain dan apa saja disekitarnya.
Lalu, saat mencari pasangan dengan harapan agar ada soulmate: 'teman-sejiwa' yang masih sudi menemani dan memegang erat tangan keriput lemah tak berdaya menjuntai di pinggir pembaringan terakhir. "Mencari cerminan diri atau untuk melengkapi kekurangan diri".
People scare for what they don't understand: Orang-orang takut (khawatir) akan apa yang mereka tidak mengerti. Sehingga butuh cukup waktu untuk menyerap informasi dari segala hal disekitarnya hingga dapat mempengaruhi dan mengubah sikap serta perilaku yang pada akhirnya menentukannya dalam pengambilan keputusan. Karena 'pengalaman adalah guru terbaik' yang bisa anda dapati, itupun juga jika anda sudi-ingin belajar dari situ. Jika anda enggan ditegur oleh suara hati-mu sendiri yang membisikkan dengan buah pikiran akal sehat dan logika, maka belajarlah dari pengalaman orang lain.
Sesuatu yang benar, kita tidak harus menjalaninya dulu. Selama kita memahami bahwa nilai itu benar kita sah dan boleh memberikan kepada siapapun. - Cak Lontong
Sekian dari saya, sampai ketemu di sesi berikutnya.
bye,
Jun Imaginer
setelah membaca nyo lon mendapati diri dalam kekentangan ie jok,
Ie Jok, kentang? Manis....