The Diary Game (Sabtu 28 Juni 2024)- Bacaan Baru

Pengumuman libur pengajian subuh ini dalam grup WhatsApp dewan guru dayah MUDI, saya membacanya setelah mematikan alarm pada jam 05:45. Selanjutnya langsung bergegas menuju ke kamar mandi dan menunaikan salat subuh setelahnya. Saya tidur dalam pustaka LBM. Mungkin kantor pustaka adalah tempat yang paling nyaman bagi saya saat ini.

Oleh karena tidak ada kegiatan wajib setelah subuh, saya mengambil satu buku yang sudah saya pilih kemarin sebagai bacaan baru. Pilihan itu menjalang detik-detik akhir saya menyelesaikan bacaan dua buku karya Pepih Nugraha tentang panduan menulis.

Buku Bacaan Baru

Buku yang terpilih sebagai bacaan baru merupakan karya tim khusus lembaga penelitian fikih sosial di salah satu kampus ternama di jawa tengah. Yang membuat saya tertarik, bukan karena isinya yang mengimplementasikan nilai-nilai fikih klasik dalam merespon peristiwa aktual. Sudut pandang itu sudah sering saya lahap dalam kitab-kitab kontemporer yang jumlah membumi dalam pustaka. Saya amat tertarik ketika para penulis mengangkat sebuh judul yang relatif rumit lewat pemikiran seorang tokoh tersohor yang nama identik dengan fikih sosial; Kiyai Sahah Mahfud.

Isi kata pengantar plus daftar isi yang sekilas saya baca kemarin, langsung memantik nafsu baca saya. Sekilas buku ini banar-benar manarik. Saya tidak bisa memastikan kalau buku ini benar-benar menarik bagi saya sebelum semua pahatan kata yang disajikan tuntas saya baca sampai tuntas.

Buku yang tebalnya hampir menyentuh 300 halaman itu berhasil membuat saya larut dalam irama yang dimainkannya, sesuai dengan tema yang disajikan. Pergantian waktu ke waktu lainnya benarannya membuat saya lupa akan hal itu.

Setelah sejenak menghabiskan waktu untuk sarapan pagi di rumah, saya kembali lagi ke pustaka LBM untuk melanjutkan bacaan. Sebelum membaca buku yang berjudul Metodelogi Fikih Sosial itu, nama Kiyai Sahal Mahfud hanya terlintas berulang di telinga saya. Karakternya sama sekali tidak pernah terbanyang.

Setelah 1/3 isi buku itu berjalan, saya semakin kenal sosok sengan kiyai Sahal. Beliau adalah sosok ulama yang bisa disebut dengan fikih berjalan; dalam segala aspek kehidupannnya tidak pernah luput dengan nilai fikih. Apapun kegiatan yang dijalankan tidak sepi dengan sentuhan fikih. Hebatnya, Kiyai Sahal tidak hanya berhasil lingkungan dan tutur bahasa pesantren ke dalam lingkungan kota bahkan kalangan akademisi.

waktu salat magrib tiba, masih di kantor LBM

Malam harinya, setelah menunaikan ibadah salat magrib, saya mendapat pesan dari salat satu guru saya. Beliau meminta untuk megantikan kelasnya di pesantren dulu saya mondok. Dari dayah MUDI, jam 19:45 saya menuju ke tempat yang diarahkan. Jadwal mengajar saya hanya satu jam setengah di sana. Setelah selesai saya bergegas meninggalkan pondok pesantren cabang Aziziyyah itu.

Di pondok Pesantren Darrut Thalibin, tempat lama saya mondok

Selanjutnya, saya menuju ke warkop sebentar untuk membeli kopi. Kali ini saya menolak ajakan kawan untuk nongkrong di warkop karena harus segara kembali ke pesantren. Ada beberapa kagiatan yang harus saya selesaikan malam ini di kantor LBM.

tiba kembali di pondok pesantren MUDI

Diantaranya membaca kambali buku panduan haji dan umrah yang sudah masuk dalam tahap II revisi itu. Kegiatan yang berkaitan dengan kantor LBM selesai sekiat jam 23:00.

Setelah itu saya melanjutkan perjalanan buku yang saya ceritakan sebelumnya. Sebelumnya, saya baru saja menuntaskan dua buku karya pepih Nugraha. Saya rasa kedua buku itu sudah saatnya saya simpan kembali dan waktunya fokus bacaan baru.

Hormat kepada @anroja @radjasalman @el-nailul @herimukti

📷 Picture	Photography
Model	iPhone 7 plus
iOs	15it
Camera used	Handphone
Photographer	@joel0
Location	Aceh
Edit	lnCollage

Best Regard @joel0