The Diary Game Better Life [Minggu, 20 Februari 2022]: Runian dengan Jurnalis di Kondangan
Dua minggu terkulai lemas karena kurang sehat membuat saya malas menulis. Selama dalam masa pemulihan saya hanya menulis hal-hal penting saja yang terkait dengan pekerjaan. Tapi hari ini, Minggu, 20 Februari 2022, meski belum pulih betul, saya harus bergerak, lama-lama mengaso di rumah membuat super suntuk, gairah kerja pun menurun.
Maka, sedari pagi saya sudah “sok super kuat” mencoba olah raga seperti bisa, jogging keliling komplek perumahan hingga ke jalan raya menyusuri bantaran sungai kanal banjil Krueng Cut. Syukur, tenaga saya sudah agak pulih, meski belum begitu kuat seperti biasanya.
Setelah berkeringat di pagi hari, saya rasa badan sudah agak ringan, meski lelah tapi ada rasa nyaman yang timbul kemudian. Sehabis olah raga saya juga tak perlu lagi mandi air hangat, sedingin apa pun air di kamar mandi pagi ini, saya akan paksakan diri mengguyurnya. Syukur lagi, tidak ada masalah, semua jadi lebih enteng dan nyaman.
Si kecil menikmati pemandangan di bantaran kanal banjir Krueng Cut [foto: dok pribadi]
Selera makan pun akhirnya meningkat, ini benar-benar persiapan yang sempurna untuk menghadiri kondangan siangnya ke tempat rekan kerja saya Juli Amin, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Banda Aceh yang mengadakan acara kenduri sunatan rasul putra sematawayangnya.
Saya dan istri sepakat akan ke tempat hajatan itu pukul 11.30 WIB, masih ada waktu bagi saya sekitar dua setengah jam lagi untuk menyelesaikan pekerjaan di depan laptop. Anak-anak sudah keluar rumah bermain dengan kawan-kawannya, doi sibuk di belakang dengan cuciannya.
Karena kedua putri saya tidak mau ikut ke kondangan, maka pergilah saya bersama doi. Kami berduaan menuju ke tempat walimah. Sampai di tempat acara, ketika memarkirkan sepeda motor, saya melihat ada Pak Mahriansyah, kami memanggilnya Pak Yan, beliau merupakan salah satu dari tiga orang pendiri AJI Kota Banda Aceh. Selain itu Pak Yan juga atasan saya ketika bekerja di surat kabar lokal Harian Aceh beliau salah satu pemilik sahamnya.
Rekan-rekan jurnalis di tempat kenduri [foto: dok pribadi]
Pak Yan pergi ke tempat walimah itu bersama Pak Rusdi Daud mantan kepala sirkulasi Harian Aceh kami masuk bersama-sama ke tempat acara. Juli Amin yang juga pernah bekerja di Harian Aceh melihat kami di pintu masuk langsung menghampiri, ia mempersilahan kami untuk makan, tapi kami memilih menuju ke halaman samping rumah tempat beberapa jurnalis duduk bercengkrama. Di sana ada Adi Warsidi jurnalis Tempo yang juga mantan Ketua AJI Kota Banda Aceh, ada juga Misdarul Ikhsan yang juga mantan Ketua AJI Kota Banda Aceh. Di selah Ikhsan ada Koordinator Masyarakat Transparansi Aceh (MaTA) Alfian.
Kami segera bergabung, bebagai judul pembicaraan kemudian mengalir, mulai dari pengalaman liputan di lapangan semasa konflik Aceh, hingga isu-isu lainnya terkait jurnalisme. Ketika kami asyik bercengkrama datang pula Ali Raban jurnalis senior MetroTV yang kemudian disusul Mukhtaruddin Yacob jurnalis SCTV, serta Davi Abda jurnalis KompasTV dan budayawan Thayeb Lhoh Angen yang juga pernah jadi Redaktur Budaya di Harian Aceh. Maka, jadilah kondangan itu sebagai tempat runian sesama jurnalis.
Banyak cerita bersama rekan-rekan jurnalis [foto: dok pribadi]
Entah berapa judul sudah pembicaraan di samping rumah yang punya hajatan itu, sampai-sampai Juli Amin menghidangkan kopi untuk kami semua. Setelah itu baru kami menuju meja prasmanan untuk mengambil makan siang. Kami sama-sama makan di tempat yang sama, pemicaraan terus mengalir sambil menikmati makan siang di tempat kenduri itu.
Azan dhuhur kemudian berkumandang di masjid dekat rumah acara, kami pamit satu-satu. Saya dan istri kembali ke rumah. Sampai di rumah ternyata si kecil ada janji dengan Umminya, ia menagih dibelikan sepatu baru untuk tampil pada acara tarian yang digelar pihak sekolah minggu depan di Gedung AAC Dayan Dawood Universitas Syiah Kuala. Tapi Umminya meminta dia untuk tidur siang, sore baru mencari sepatu baru.
Setelah shalat asar, kami keluar lagi untuk mencari sepatu bagi si kecil. Kami keluar bertiga sambil jalan sore-sore, sementara si kakak tinggal di rumah, sibuk dengan buku menggambarnya. Jelang magrib kami baru sampai rumah lagi. Si kakak sudah selesai mandi dan duduk sit eras menunggu makanan pesanannya pada Umminya. Setelah magrib saya menulis postingan sederhana ini.
Sebelum pulang foto dulu bersama yang punya hajatan [foto: dok pribadi]