Lahuda Seukeuem dan Kisah Oen Trieng Angen Bapoet

in Steem SEA3 years ago (edited)

Banyak ragam ungkapan dalam bahasa gaul Aceh tempo dulu bicara tentang kesia-siaan. Lahuda Seukeuem kini merasakannya.

Lahuda Seukeuem balik lagi ke kota. Tapi kerena Nyak Kaoey tak ada di tempat, jadilah ia sendirian, Gam Peureukuek juga masih sibuk intat linto saudaranya ke negeri seberang gunung. Maka mengeluhlah Lahuda Seukeuem sendirian, kopinya benar-benar terasa hambar tanpa kawan candanya itu.

”Lagee ta tumpang angen ngon pureh.” Begitu tulis Lahuda Seukeuem dalam pesannya ke telepon selular Gam Peureukuek dan Nyak Kaoey. Sebuah pertanda kesia-siaan sendirian di meja warung kopi tanpa teman diskusi. Kesia-siaan yang dalam bahasa gaul tempo dulu juga ditamsil dalam kalimat angen tajo raga preh.

Untuk mengobati kejengkelan kawannya yang sendirian di warung kopi itu, Nyak Kaoey mengirim meme senyuman dan orang lagi buang angin. Di luar dugaan meme itu mampu membuat Lahuda Seukeuem tersenyum. Ia pun membalas meme itu dengan fotonya lagi tersenyum sendirian di warung kopi.

Gam Peureukuek yang juga menerima kiriman itu membalas ke Lahuda Seukueem. Mumet on kayee lon tupeu cicem, teuseunyom teukhem lon tupeu bahsa. Ia tahu itu senyum yang dipaksakan ketika menghadau meja warung kopi sendirian.

Sis-sia saja ia mengirim foto lagi tersenyum itu, toh kedua kawannya tak mungkin bisa hadir menemaninya di warung kopi, tak mungkin ada canda dan saling sindir dalam percakapan, seperti pertemuan-pertemuan mereka sebelumnya. Angen hanjeut tadrop, asap han jeut tareugam. Begitulah ketidakmungkinan itu.

Nyak Kaoey dan Gam Peureukuek pun mempertanyakan kepada Lahuda Seukeuem mengapa ia datang ke kota tanpa pemberitahuan, sehingga mereka tak bisa menemaninya, karena masing-masing punya agenda dan kegiatan.

Ditanya begitu, Lahuda Seukeuem hanya menjawab melalui sebuah ungkapan klasik tempo dulu, meunyo hana angen dipot, pane meumet oen kayee. Tentu ada sebab akibat yang membawanya kembali ke kota. Dan ada alasan pula mengapa ia alpa memberitahukan kepada dua sahabatnya itu.

Nyak Kaoey tidak berdebat lagi dengan Lahuda Suekeuem, ia hanya bilang, meungka meumet oen kayee syit ka meuho angen, tapi tujuan Lahuda Seukeuem datang ke kota tanpa pemberitahuan itu benar-benar tak di ketahui arah anginnya. Lahuda Seukeuem pun tak mau menjelaskan alasannya. Ada sesuatu yang dirahasiakan.

Mengetahui hal itu Gam Peureukuek kirim pesan lagi ke telepon selular kedua rekannya itu. Ia hanya bilang Lahuda Seuekeuem ke kota tanpa pemberitahuan itu ibarat ungkapan klasik yang menyatakan oen trieng angen bapoet. Sebuah sindiran terhadap seseorang yang berpergian tanpa tujuan yang jelas.

Disindir seperti itu, Lahuda Seukeuem terpancing dan marah, hingga kemudian ia membuka rahasia kepada kedua kawannya itu dalam ungkapan, long ceumeucob kapatah jarom, long teumeuom tutong asoe, long woe u rumoh inong carot, long phoe u langet angen tampoe.

Mendengar itu maka terkejutlah Nyak Kaoey dan Gam Peureukuek, ternyata Lahuda Seukeuem ada masalah dengan istrinya di kampung, sehingga ia pergi ke kota untuk memenangkan diri. Tapi sial baginya sampai di kota dua kawannya itu tidak ada di tempat. Betul-betul angen poet raga preh.

sanger pisang rebus.jpg
Teman sanger, kacang rebus, pisang rebus dan ketela rebus yang menemani Lahuda Seukeuem, dua kursi kosong tanpa Nyak kaoey dan Gam Peureukuek. [Foto: kiriman Lahuda Seukeuem]

Coin Marketplace

STEEM 0.28
TRX 0.11
JST 0.034
BTC 66137.63
ETH 3161.38
USDT 1.00
SBD 4.13