Ini Tentang Seri Lila Wangsa Gelar Panglima TNI dari Aceh
Pemberian gelar “Seri Lila Wangsa” dari Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud Al Haytar kepada Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto masih menimbulkan tanda tanya banyak kalangan. Terutama tentang maksud dari gelar tersebut.
Dalam struktur militer Kerajaan Aceh zaman dahulu, gelar Seri Lila Wangsa memang sering diberikan kepada pemimpin pasukan, dalam banyak literatur gelar tersebut dinamai Bentara Sri Lila Wangsa.
Tentang jabatan tersebut dijelaskan sedikit banyaknya oleh Ali Hajmy dalam buku Kebudayaan Aceh Dalam Sejarah. Ia merujuk pada naska lama Qanun Meukuta Alam yang disalin oleh Wazir Rama Setia Said Abdulah Di Meulek dengan menggunakan aksara Arab. Serta dari buku Aceh Sepanjang Abad yang ditulis Muhammad Said.
Wali Nanggroe Aceh menyematkan tanda kehormatan saat pemberian gelar Seri Lila Wangsa kepada Panglima TNI di Aceh sumber
Ali Hasjmy menjelaskan, ketika Kerajaan Aceh menghadapi banyak peperangan, pemimpin-pemimpin pasukan sering dipegang oleh pemerintah sipil di wilayah masing-masing. Ia bertindak sebagai pemimpin daerah sekaligus panglima perang di daerahnya.
Umumnya mereka adalah para penglima perang yang pernah mengecam pendidikan militer di akademi militer Kerajaan Aceh. Karena rangkap jabatan sebagai pemimpin daerah sekaligus panglima perang di daerah pimpinannya itu, maka ia diberi gelar “Bentara Lila Wangsa.” Sementara untuk tingkat wilayah setingkat di atasnya digelar “Seri Lila Wangsa.”
Jadi pemberia gelar “Seri Lila Wangsa” oleh Pemerintah Aceh kepada Panglima TNI bukanlah sesuatu yang luar biasa. Karena dalam struktur militer Kerajaan Aceh tempo dulu gelar “Seri Lila Wangsa” kalau dibandingkan dengan gelar militer zaman sekarang, itu hanya anugerah untuk setingkat Panglima Kodam saja. Sementara Panglima Kodim yang dibawahnya digelar “Bentara Lila Wangsa.”
Untuk jabatan kehormatan tertinggi dalam militer Kerajaan Aceh digelar Wazirul Harb selaku Menteri Peperangan dengan pangkat Jendral. Dalam buku Peranan Islam dalam Perang Perjuangan Aceh dan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia, oleh Ali Hasjmy dijelaskan, ketika Aceh menghadapi ultimatum Perang dari Pemerintah Belanda pada 26 Maret 1873, Kerajaan Aceh segera mementuk “Kabinet Perang” yang dipimpin oleh tiga orang yang bertanggungjawab langsung kepada Sultan Aceh Sultan Alaiddin Mahmud Syah.
Panglima TNI ketika tiba di Istana Wali Nanggroe Aceh untuk menerima gelar Seri Rama Setia sumber
Ketiga mereka adalah: Pertama, Tuanku Hasyim Banta Muda Kadir Syah menjabat sebagai Wazirul Harb (Menteri Peperangan) merangkap sebagai Panglima Besar Angkatan Perang dengan pangkat Jendral.
Kedua, Tuanku Mahmud Banta Kecil Kadir Syah memegang tiga jabatan yakni Wazirul Mizan, Wazirul Dakhiliyah dan Wazirul Kharijiah (Menteri Kehakiman, Menteri Luar Negeri dan Menteri Dalam Negeri). Ia juga merangkap sebagai Wakil Kepala Negara.
Dan yang ketiga adalah Said Abdullah Teungku Di Mulek sebagai Wazir Rama Setia (Sekretaris Negara) merangkap Wakil Panglima Besar Angkatan Perang dengan pangkat Letnan Jendral.
Tiga orang di “Kabinet Perang” inilah yang mengatur strategi perang, mengangkat dan memberhentikan pejabat militer di wilayah dan daerah di Kerajaan Aceh. Gelar seperti “Bentara Lila Wangsa” sangat banyak diberikan kepada para panglima perang di daerah yang merangkap sebagai kepala pemerintahan di daerahnya.
Di wilayah Aceh Besar saja, ada 44 gelar sejenis yang diberikan kepada panglima perang yang setara dengan “Bentara Seri Lila Wangsa”. Sementara di luar Aceh besar ada 46 gelar yang setingkat dengan itu.
Dalam struktur militer Kerajaan Aceh ada 15 tingkat pangkat mulai dari prajurit hingga panglima tinggai. Tingkatan pangkat tersebut adalah: Si Pai diambil dari bahasa Arab Sifahi (prajurit), Banta Cut (kopral), Banta seudang (sersan), Banta (sersan mayor), Banta Seutia (pembantu letnan), Pang Cut (letnan dua), Pang Muda (letnan satu), Pang (kapten).
Kemudian tingkatan di atas kapten ada Bentara Cut (mayor), Bentara Muda (letnan kolonel), Bantara (kolonel), Panglima Sukey (Brigadir Jendral), Panglima Cut (Mayor Jendral), Panglima Muda (Letnan Jendral), Panglima (Jendral).
Almarhum Nek tu loen pangkat geuh Panglima Prang Muda, kubu geuh suwah peusom dari tentra Belanda awai, meu jan na lee rimueng bak kubu geuh. Gob nyan awai ureung kaya lam gampong, that hek kamoe peusapat pusaka geuh.. kadang deuh kadang aleh bak so rhet. Tapi mandum tinggai lam haba mantong.
Sejarah tanyou meuputa puti beda sagoe beda tingkatan, beda wilayah beda lom sebutan. Kadang saweub na beda kerajeun awai yaa sigalom po teumeuruhom mat kuasa dan lheuh gobnyan hana lee.
Teuma peu na karu awai watee geu jok pangkat nyan lee Wali? Han tingat loen. Pangkat melayu meunan ya.. seri lila wangsa, lagee kodim lila wangsa keudeh😂
Ha ha ha itu pemberian nama Kodim Lila Wangsa juga bersandar pada sejarah Bentara Lila Wangsa zaman kerajaan Aceh dulu. Pengaruh Melayu dalam pemerintahan Kerajaan Aceh memang jelas, semua sarakata kerajaan Aceh ditulis dalam bahasa Melayu dengan menggunakan aksara Arab. Malah ulama Aceh yang juga Mufti Kerajaan Aceh, Syeikh Abdur Rauf As Singkily alias Tgk Syiah Kuala pernerjemah pertama Alquran dalam bahasa Melayu. Kitab-kitab karangan ulama Aceh tempo dulu juga menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. Yang menjadi pertanyaan sekarang @cicisaja adalah Apakah Aceh ini "ditarik" dalam ranah Kemelayuan atau Melayu yang "disedot" dalam ranah ke-Acehan. Karena sekarang Aceh juga masuk dalam bagian Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI).
Nah ini yang saya tidak mengerti juga. Saya pikir bagaimana bahasa aceh tumbuh lalu muncul bahasa melayu.. apakah setelah penaklukan kawasan melaka? Saya penasaran... adakah kitab berhuruf arab jawi yg dibaca dalam bahasa aceh? Bila melihat bukti hari ini.. maka yg pertama itu .. aceh disedot dalam ranah kemelayuan.
saat pertemuan para pembesar negara meriahlah
suasana dan masuk dalam postingan yang luarrr
biasa..
nyan sapue peh sapue pakat, sang bak adat pejabat
jeut keu Raja, lheuh tueng mneumat kajeut teu ikat,
Ato peutuah adat bek putoh syara...
saleum jumpa lom enteuk bak #pehtem aduen @isnorman...
Bereh Brader @fauzan11 suwah seureng ta peh tem nyang bek meukeuraleup ulee.
cass betoilah adeun, enutong na cut cicisaja, nakeuh
ngin ta pehtem..pkknya seruuu....
pehtem beurangkasoe jeut, yg cok juara ttp @isnorman sang superman..haaaa..nyoe ukeu kreueh
sang saingan bak pehtem!!!
Syop brader @fauzan11 bek dilee awai menyerah yoh goh meutunang pehtem. pane mungken ulon tuan cok juara, na rakan laen nyang leubeh hayeue, nyan wilayah kuasa para juri selaku syek kuna lah he he he he
ya.ya.ya...hhhmm.. pandainya berkilah??!
Hello @isnorman, thank you for sharing this creative work! We just stopped by to say that you've been upvoted by the @creativecrypto magazine. The Creative Crypto is all about art on the blockchain and learning from creatives like you. Looking forward to crossing paths again soon. Steem on!
Thank you @creativecrypto nice to meet you in the steemit.