SEC17 W2 - While making decisions, what do you prefer to follow: heart or mind?

Pengambilan keputusan dipengaruhi oleh berbagai faktor dan diantaranya adalah faktor rasional dan emosional, sebagai makhluk sosial yang memiliki kepekaan sosial seperti rasa simpati, sugesti dan empati rentan melakukan kesalahan dalam pengambilan keputusan.

Dua faktor ini memang penting dan mengendalikannya menjadi faktor yang perlu dikedepankan sehingga dapat menempatkannya sesuai dengan kapasitas masing-masing.

Bagi saya dalam konteks pribadi, saya melihat bahwa dalam pengambilan keputusan mempertimbangkan dua hal seperti hati dan pikiran, meskipun secara kodrat lelaki lebih mengutamakan rasional dibandingkan hati, namun pada praktiknya saya menempatkan keduanya dalam situasi tertentu, dengan mempertimbangkan tanggung jawab dan profesionalitas.

Mengimplementasikan keduanya dalam pengambilan keputusan itu perlu, tetapi sifatnya kolaboratif. Artinya menggunakan hati sebagai perwujudan rasa, kepedulian dan sebagai makhluk sosial, selanjutnya pikiran sebagai upaya untuk menganalisis sehingga lahirlah keputusan yang tepat.

Dalam lingkungan kerja, sebagai pengambil keputusan dibutuhkan manajemen yang tepat untuk mengendalikan pikiran dan hati. Sering kali terjadi keputusan yang keliru ketika tidak mampu melihat 2 aspek ini sebagai bagian yang saling mempengaruhi.

Dalam praktiknya dalam kehidupan pribadi saya, menjalankan pekerjaan secara profesional dan melibatkan hati dalam pengambilan keputusan, meskipun secara emosional dapat mengubah keputusan, tetapi saya lebih melihat sisi rasional dengan memperhatikan dampak jangka pendek maupun jangka panjang.

Setiap keputusan yang ambil memiliki resiko dan bahkan dapat menimbulkan konflik individu maupun komunitas sehingga mempengaruhi produktivitas dan etos kerja.
Sistem penilaian kinerja berbasis online menjadi contoh yang akan saya jabarkan disini. Pada januari 2024 saya ditunjuk oleh atasan untuk menjadi bagian dari Tim Penilaian Kinerja Pegawai, tim tersebut terdiri dari Kepala kantor, kapala Tata Usaha dan saya sendiri.

Kami memutuskan segala sesuatu secara bersama, baik melalui rapat internal ataupun melalui diskusi grup khusus, menilai kinerja pegawai kantor memiliki indikator, artinya kedisiplinan, tercapainya target kerja, produktif dan inovatif. Salah satu karyawan mendapatkan nilai kinerja Baik, saya selaku tim merekomendasikannya untuk mendapatkan nilai sangat baik dengan beberapa alasan, seperti memiliki program inovasi pelayanan kesehatan dan tugas tambahan.

Sikap saya dengan mempertahankannya mendapatkan nilai sangat baik telah mempertimbangkannya secara rasional, meskipun dia teman saya diluar kantor, tetapi jika dilihat aspek kinerja. Mendapatkan nilai sangat baik merupakan hal yang wajar. Namun tim yang lain belum menyetujui sehingga dia memperoleh nilai baik dan hal ini mempengaruhi jenjang kenaikan pangkatnya kedepan.

Setelah semua pegawai mendapatkan penilaian, teman saya tersebut kecewa dan meskipun secara tidak langsung dia tidak mengemukakan kekecewaannya, tetapi sikap yang ditujukkan dengan menjauhi saya, bahkan tidak berkomunikasi sampai saat ini merupakan bentuk kekecewaannya. Ini merupakan resiko bagi saya, meskipun telah mencoba memberikan yang terbaik tetapi hasilnya sangat mengecewakan dan berimplikasi pada hubungan kami sebagai teman.

Fleksibel, itulah yang dapat menggambarkan tentang karakter/ kepribadian saya, adaptif dan mampu menyeimbangkan antara emosional dan rasional, setiap keputusan yang saya jalankan akan mempertimbangkan Keduanya, meskipun dalam kehidupan keluarga.

Jika hanya mengedepankan hati/ emosi dalam pengambilan keputusan, saya melihat bahwa ini merupakan langkah awal kegagalan dalam manajemen hidup anda, jadi jadilah profesional dengan mempertimbangkan aspek emosional dan rasional. Inilah kiat sukses untuk mencapai tujuan hidup yang diinginkan.