SEC-S17W2: "Homeless people in my country "

Pada engagement season 2 ini saya lebih berorientasi pada lingkungan kehidupan saya dalam konteks sebuah provinsi yang dilanda konflik bersenjata sejak tahun 1976 sampai dilakukan perundingan perdamaian tahun 2005 di Helsinki Finlandia.

^{Canva Pro}

Konflik tersebut tidak memiliki dampak yang cukup serius terhadap masyarakat Aceh yang memperjuangkan kemerdekaannya dari Indonesia. Sumber daya manusia yang lemah, krisis ekonomi dan ketakutan berimplikasi terhadap pemenuhan kebutuhan manusia yang seutuhnya.

Berkaca dari konflik tersebut, tingkat kualitas hidup akan sangat berpengaruh dan bahkan korban yang meninggal akibat perang menimbulkan masalah besar bagi pemerintah Aceh selaku provisi di Indonesia.

Jumlah populasi tuna wisma sangat tinggi karena ketidakmampuan mempertahankan hidup, dalam beberapa kasus mereka harus tinggal dipanti jompo akibat tidak memiliki keluarga karena meninggal selama konflik berlangsung dan harta benda yang dimiliki rata dengan tanah karena dibakar oleh oknum yang mensinyalir terlibat dalam pemberontakan.

Ketersediaan lapangan kerja yang sangat terbatas dan konflik menimbulkan migrasi besar-besaran ke luar negeri untuk bekerja dan mencari suaka politik. Mereka meninggalkan orang tua dan anak-anaknya dan tidak kembali. Tanggungjawab ini dipikul oleh orang tuanya yang tidak produktif dengan beban ekonomi yang cukup tinggi.

Meskipun Aceh sebagai provinsi yang kaya dengan sumberdaya alam seperti minyak bumi, gas alam, tambang emas dan berbagai hasil alam lainnya, tata kelola pemerintahan yang korup tidak memberikan manfaat positif bagi masyarakat.

Banyak alasan klasik yang melatarbelakangi hal ini yang akar masalah utamanya adalah konflik, dan paska konflik menyisakan penderitaan serta berbagai masalah sosial. Tingkat gangguan jiwa pun meningkat pesat karena trauma psikotik yang ditimbulkan. Anda dapat membayangkan ketika bentrokan senjata terjadi, imbasnya adalah seluruh masyarakat, saya sendiri merasakan perjalanan panjang ini sehingga harus mendapatkan hukuman dengan dimasukkan kedalam selokan.

Kasus yang saya alami tergolong hal biasa karena saat itu masih berstatus sebagai pelajar, namun berbeda dengan masyarakat pada umumnya yang anggota keluarganya dibantai, diculik, rumahnya dibakar. Hal ini menimbulkan trauma dan masalah sosial.

Dalam kondisi tertentu, tuna wisma tidak hanya disebabkan oleh konflik, tetapi masalah ekonomi dan sosial. Bahkan ditemukan kasus anak yang tidak menerima kehadiran orang tuanya di usia lanjut, sehingga harus keluar rumah dan menimbulkan gangguan psikologisnya.

Kepedulian anak memiliki peran strategis dalam mengantisipasi masalah ini, tapi ini merupakan hal yang bersifat pribadi dan kembali kepada prinsip dan tanggung jawab masing-masing sebagai bagian dari keluarga untuk mengayomi orang tuanya.

Saat ini pemerintah telah mengantisipasi masalah Tunawisma dengan membangun panti jompo. Mereka diberikan fasilitas yang memadai, memiliki tempat tinggal yang layak, tersedianya kebutuhan harian dengan baik, tetapi ini bukanlah solusi bagi mereka yang memiliki anak dengan kondisi ekonomi yang baik.

Kondisi ini justru menimbulkan masalah psikologis karena orang tua menganggap bahwa kehadirannya menjadi beban bagi anaknya sehingga dia harus diisolasi di panti asuhan.

Fenomena ini perlu mendapatkan kepekaan dari setiap orang yang memiliki orang tua yang sudah lanjut usia, mereka hanya membutuhkan perhatian dan cinta kasih dari anak-anaknya, mereka tidak menuntut lebih. Itu saja..

Indonesia, April 20, 2024
@irawandedy