Steemit; Virus Baru bagi Dunia Literasi, Berbahayakah?

Jika bertemu seseorang yang masih mengatakan saya tidak bisa menulis atau menulis itu susah berarti orang itu harus dijebloskan ke dunia dedemit, eh, Steemit. Lho kok? Iya, menurut hemat saya Steemit adalah 'kelas' yang tepat untuk mengasah kemampuan menulis seseorang.

Meski sudah punya akun di Steemit sejak Agustus 2017, bukan serta merta saya jadi tahu banyak mengenai blog berbasis blockchain ini. Tidak sama sekali malah. Beruntungnya, saya punya guru yang keren seperti @rahmanovic yang selalu mau direcokin. Eh, tapi belum konfirmasi ke yang bersangkutan sih he he he. Pisss Mira.

Saya hanya memanfaatkan media ini untuk berbagi cerita kepada para Steemian, sambil mengasah keterampilan menulis. Berbagai teori menulis yang saya dapatkan di kelas offline, saya praktekkan di sini. Meski belum punya ritme yang konsisten seperti teman-teman lain, setidaknya Steemit telah menjadi hiburan baru bagi saya.

Saya juga takjub pada sistem Steemit yang mampu menstimulasi orang untuk menulis. Pada beberapa teman sering saya katakan, kehadiran Steemit ini seperti virus yang mewabah. Menjangkiti para individu untuk menceburkan diri dalam dunia literasi. Di luar sana, susah lho mengajak orang agar mau konsisten menulis. Tapi di sini, kita semua menulis dengan kesadaran diri yang penuh. Ini merupakan terobosan besar dan positif dalam meningkatkan minat baca kita.

Ah, kalau begitu apa yang membedakan antara Steemit dengan platform lain? Katakanlah blog, yang selama ini menjadi alternatif tempat untuk menulis dan menuangkan ide, selain media arusutama -yang tentunya sulit ditembus-.

Blog sudah lama menjadi ladang bagi para blogger dalam mencari nafkah. Andalan utamanya adalah Google Adsense atau iklan yang disediakan oleh mesin pencari Google. Setelah akun kita terdaftar di Google Adsense, dan setelah lolos verifikasi tentunya, Google akan memberikan script iklan untuk kita pasang di blog.

Tetapi untuk bisa partnership dengan Google Adsense sekarang juga tidak mudah. Lammmmmmaaaa prosesnya. Tahun 2006 silam, saat saya pertama kali ngeblog, daftar GA nggak sampai lima menit. Tapi di-banned sekitar lima tahun lalu ha ha ha. Syukurlah niat saya ngeblog sejak awal memang bukan untuk itu.

Alternatif lain untuk mendapatkan uang dari aktivitas ngeblog adalah dengan mengikuti berbagi lomba blog, review produk, atau partnership dengan perusahaan/lembaga dalam event event tertentu. Hanya saja tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan ini kan? Ada yang senang menulis, tapi tidak suka ikut lomba. Ada yang bisa mereview dengan bagus, tapi syarat dan ketentuan tidak memenuhi. Akhirnya tulisan di blog menumpuk tanpa mendapatkan reward apa pun atas usaha kita. Selain kesenangan pribadi tentunya.

Inilah yang membuat Steemit jadi sangat berbeda. Di Steemit, sekecil apa pun usaha yang kita keluarkan, akan mendapat 'peunayah' yang sepadan dalam nilai mata uang. Hal ini akan memancing seseorang untuk menulis tanpa dipaksa. Dan dengan reward yang sepadan itu, kata 'aku tidak bisa menulis' rasanya mustahil keluar dari mulut Steemian. Yang terjadi adalah 'aku akan menuliskan apa saja di Steemit'. Inilah yang membuat tulisan-tulisan yang muncul di Steemit sangat beragam. Kaya corak dan warna.

Bagi yang sama sekali tidak bisa menulis atau merangkai kalimat, konsistensinya menulis di Steemit suatu saat akan menjadi catatan perjalanan yang indah. Dan ketika mereka (baca: tulisan) sudah 'indah' value-nya pun akan bertambah. Jika value tulisannya tinggi, otomatis reward-nya juga tinggi, jika reward tinggi menulis akan jadi profesi yang menjanjikan. Sekaligus menyenangkan. Mari kita nyemit!!!

sumber foto: CryptoCoinsNews