Meracik Kesenangan di Dapur

---

MARI kita bicara yang enak-enak sesekali. Yang bisa bikin air liur berproduksi lebih banyak kalau kita membahasnya. Ah, apalagi kalau bukan soal makanan. Omong-omong soal makanan, eh, makan, saya juaranya. Apa saja selama halal dimakan saja. Tanpa mengabaikan aspek sehatnya tentu saja.

Meski sering makan di warung, buat saya menu rumahan tetap yang number one. Terkhusus jika makanan itu dimasak oleh Ibu, atau saya yang meraciknya sendiri. Bisa double nikmatnya. Saya selalu merasa lebih puas dan nikmat kalau makan makanan yang saya masak sendiri. Ya iyalah ya... masak enggak sih...

Umumnya masakan yang saya buat cuma menu-menu biasa seperti beberapa contoh di dalam tulisan ini. Bumbu-bumbu dan rempah-rempahnya biasa saja, baha bakunya pun biasa saja. Semua tersedia di alam, eh pasar Peunayong. Yang nggak ketinggalan kalau saya memasak khusus untuk tumis-tumisan atau sambal-sambalan adalah gula. Fungsinya sebagai penggurih. Suka aja makan olahan sayur tumis atau ikan balado yang ada manis-manisnya dikit hehehe. Orang Aceh biasanya nggak suka hehehe.

Foto yang di atas itu adalah tauco gori (Jawa), alias tauco nangka muda, alias tauco boh panah muda (Aceh). Ini salah satu olahan sayur favorit saya, dari zaman tomorrow sampai zaman now masih belum berubah. Kalau sudah makan dengan ini, aduh, lupa nasi sudah dua kali tamboh. Bahannya sederhana saja ini, cuma nangka muda, dan bumbunya; bawang merah, bawang putih, rawit, beberapa cabai merah, kemiri, dan tomat. Untuk tambahan bisa gunakan rajangan cabai hijau, daun salam, serai, dan tentunya tauco.

---

Kalau yang di atas ini tongkol rebus. Berhubung di kost nggak ada kulkas, beginilah cara saya menyiasati ikan agar bisa disimpan setidaknya sampai dua hari. Tapi ikan yang saya rebus selalu ditambahkan bubuk cabai kering, rajangan bawang merah, bawang putih dikeprek, potongan cabai rawit, dan potongan kunyit. Kuah rebusannya jadi ada rasa pedas, harum aroma bawang putih, dan agak-agak asam segar. Dengan kuah ini saja bikin makan jadi lahap.

---

Kalau yang ini namanya rendang jengkol. Banyak yang tidak tahu kalau jengkol berfungsi sebagai pencahar yang baik. Tak heran kalau setelah makan olahan jengkol pasti pencernaan jadi lancar. Banyak orang tidak suka makan jengkol karena baunya yang menyengat. Sebenarnya ada trik untuk menyiasati bau ini. Kalau saya selalu merebusnya dua kali, pertama untuk membuang kulit arinya. Kedua untuk membuat dagingnya jadi empuk, sebelum ditokok-tokok biar pipih. Nah waktu merebus yang kedua ini kalau saya ditambahkan daun pandan yang banyak, daun salam, kalau ada serai boleh juga.

Itu adalah rendang jengkol pertama yang saya buat, yang ketika meracik bumbunya di luar pengawasan Ibu. Ceritanya beberapa hari lalu kepingin kali sama ini, sementara Ibu sedang nggak bersama. Kalau beli matang tanggung kali. Akhirnya bikin sendiri saja. Eh.... hasilnya kata teman saya enak. Wuah.... udah sah ni jadi perempuan Indonesia, sudah bisa masak rendang yang menjadi salah satu kuliner terenak di dunia. Hanya saja yang ini nggak pakai daging.

---

Ini adalah perkedel tahu. Buatnya sangat gampang. Resepnya cuma tahu putih, telur, garam, bubuk merica, boleh tambahkan royco atau masako, tepung goreng bumbu, rajangan daun bawang dan seledri, terus diaduk rata dan goreng deh. Santap yang ginian lebih enak dengan saus sambal yang pedas. Kalau mau dikreasikan juga bisa sih, misalnya tambah serutan jagung muda. Ah....sedapnya. Mari makan Stemians...[]