Melihat Kesibukan di Dapur Donat Getlatela

Donat yang sudah diberi toping dan siap didistribusikan untuk pelanggan

Akhir dari kegiatan bersepedaku Minggu pagi kemarin adalah mengunjungi dapur donat Getlatela di Garot, Keutapang. Jaraknya tak begitu jauh dari tempat tinggalku di Peulanggahan. Owner-nya Nurzahida, adalah salah satu sahabat terdekatku. Aku mengenalnya setahun lalu melalui seorang teman. Berawal dari memesan donat Getlatela, akhirnya kami menjadi dekat dan saling memercayakan cerita-cerita paling pribadi di antara kami.

Aku tiba di rumahnya sekitar pukul 09:30 WIB. Saat aku datang Ida terlihat sedang sibuk. Ia tampak sedang menggoreng adonan donat yang sebelumnya sudah didiamkan agar mengembang. Di sana juga ada seorang asisten untuk membantu pekerjaannya. Usai menggoreng, dengan cekatan Ida menghias dan memberi toping untuk donat-donatnya. Ada toping keju, cokelat, gula-gula, bubuk gula, dan meses.

Di tempat workshop-nya yang tidak begitu luas, ada seperangkat mesin mixer dan lemari untuk mendiamkan adonan yang sudah dibentuk. Ada juga seperangkat kompor gas. Beberapa labu terlihat di sudut ruangan.

Donat yang sudah mengembang mengantre untuk digoreng

Pemandangan di dapur Getlatela memberi keasyikan tersendiri buatku. Maklum, seumur-umur belum pernah melihat orang membuat donat, apalagi membuatnya sendiri. Walaupun tidak melihat prosesnya dari awal, setidaknya ini memberikan kesan tersendiri buatku.

Ida sangat cekatan dan telaten ketika menggoreng, mengaduk, hingga meniriskan donat-donat yang sudah matang. Setelah dingin donat-donat itu kemudian dicelupkan ke saus cokelat. Barulah kemudian diberi toping atau dihias sesuai kebutuhan. Ada juga yang dioleskan mentega baru diberi topingnya. "Untuk toping keju kami menggunakan keju premium, jadi kualitasnya sudah terjamin," kata Ida.

Aku ingin ikut merasakan sensasi menghias donat, kuambil salah satunya dan kucelupkan ke dalam cokelat. Lalu kuangin-anginkan sebentar agar cokelatnya merata sempurna. Barulah aku menghiasi permukaannya dengan menuliskan namaku di atasnya.

"Kalau mau ditulis seperti itu sebaiknya didinginkan sebentar, biar tidak lumer," kata Ida memberi saran.

Donat memang bukan salah satu makanan favoritku. Ngomong-ngomong tidak ada makanan yang paling favorit buatku. Sebab semua makanan menurutku enak dan sangat enak. Aku jarang sekali membeli donat karena bentuknya yang besar-besar dan menyulitkanku saat memakannya. Tapi ukuran donat Getlatela yang proporsional menjadi pengecualian buatku. Bentuknya yang mini bisa sekali hap masuk ke mulut.

Hasil kreasiku

Yang istimewa dari donat ini adalah bahan bakunya yang menggunakan labu dan ketela. Bukan dari tepung terigu sebagaimana biasanya. Selain ingin mempromosikan jajanan sehat, temanku ini juga ingin memaksimalkan penggunaan labu dan ketela yang sangat melimpah di Aceh. Lagipula dengan menggunakan kedua jenis bahan baku tersebut, bisa meminimalisir penggunaan gula pasir. Sebab labu dan ketela rasanya sudah manis.

Sukses dengan usaha donat Getlatela, Ida kini menjadi salah satu anak muda Aceh yang kerap diminta berbagi pengalaman dan inspirasi di bidang wirausaha. Beberapa penghargaan juga sudah ia dapatkan atas usahanya itu. Yang teranyar memenangkan Wirausaha Inovatif Sumatera oleh Inotek, Sampoerna. Ida pun berhak membawa pulang sebesar Rp 10 juta. Keren ya?[]