Loyang Koro ( Gua Kerbau ) Lingkungan Wisata Danau Laut Tawar Mengagumkan
“ Loyang Koro “ salah satu gua yang penuh sejarah ketika Indonesia dijajah oleh bangsa asing., “ Loyang Koro “ bahasa aceh Daerah Gayo yang dalam bahasa Indonesia artinya “ Gua Kerbau “yang terletak persisnya dipinggiran Danau Laut Tawar ternyata menyimpan suatu sejarah yang seharusnya Pemda Aceh tengah perlu menuliskan untuk diketahui oleh generasi bangsa ribuan tahun mendatang takkan menghilang.
Gua Kerbau hanya dijaga dan ditata oleh keluarga masyarakat di sana secara turun menurun untuk pribadi yakni oleh keluarga Syamsul Bahri anaknya Ali Shahak sejak tahun 1988 hingga sekarang,ternyata tak ada kepedulian Pemda Aceh Tengah
Menurut Syamsul Bahri Gua Kerbau menembus pegunungan Brahpanyang hingga ke Desa Isaq yang jaraknya berkisar 35 kilometer. Pada abad ke 18,sebut Syamsul Gua itu digunakan masyarakat sebagai jalan penghubung antara Gua Kerbau Desa Toweren Uken dan Goa Kaming di Desa isaq sekaligus melaksanakan perdagangan.
Syamsul menyebutkan, selain itu masih dalam abad ke 18 masyarakat selalu menggunakan Gua tersebut untuk berdagang kerbau baik dari Desa Toweren ke Isaq bahkan masa penjajahan dan peperangan melawan penjajahan, gua kerbau itu digunakan sebagai tempat persembunyian kaum mujahidin yang dikejar-kejar Belanda.
Pada masa itu cerita Syamsul yang menjaga Gua Kerbau secara turun temurun, aktivitas masyarakat Toweren Uken sekitarnya adalah bersawah sementara di desa Isag merupakan desa pengembalaan ternak. Makanya pada musim tanam di Toweren Uken dengan menggunakan transportasi melalui Gua Kerbau mengembala kerbau ke Isaq sementara warga Isag pada musim panen di Toweren mendatanginya.
Menurut Syamsulbahri, di kala itu di Aceh tengah yang berkuasa adalah Raja Linge dan untuk melakukan pencegahan pencurian kerbau yang datang bergerombolan dari berbagai daerah di kawasan Aceh, maka oleh Raja Linge melakukan perjanjian ( Mou –red ) secara Magic dengan gerombolan yang membawa kerbau melalui gua tersebut.
Isi perjanjian yang disepakati setiap kerbau yang melintas daerah “ Bur Lintang “ tepatnya kilometer 12 dalam gua menuju Isaq harus mematuhinya tidak boleh dipaksakan dan harus istirahat dan hal itu tidak boleh dilanggar dan apabila ada pelanggaran maka hewan yang dibawanya akan menjadi batu.
“ Itulah sebabnya banyak kerbau dan kambing hasil peliharaan masyarakat yang menjadi batu seperti gambaran yang terdapat di dalam Gua Kerbau ( km 12-red ) persisnya dipinggiran kolam yang terdapat di dalam gua .” Sebut Syamsul sebagaimana diceritakan kepada ANP yang memasuki gua lopyang koro ( Gua Kerbau ) karena melanggar MoU.
Raja Tok Rebise Mampu Berjalan di Gelap
Sementara itu, tambah Syamsulbahri, pada awal zaman penjajahan kolonial Belanda Gua itu digunakan sebagai markas tentara Muslimin yang merupakan kelompok masyarakat dari Aceh Tengah dan Gayo serta warga Aceh di luar Gayo yang menentang kehadiran penjajahan dengan pimpinan “ Jemerah Aman Catur “ yang dikenal masyarakat hingga sekarang dengan sebutan “ Tok Rebise “ .
Tok Robise sebut Syamsul menjawab ANP adalah seorang Jawara yang mempunyai ilmu kedikjayaan yang mampu berjalan di gelap tanpa penerang dan mampu bertahan di dalam api bila dia dibakar. Yang paling unik lagi sebut Syamsulbahri, Tok Rebise mampu berperang selama satu minggu tanpa makan dan minum dan iapun kebal terhadap benda tajam dan senjata api.
“Tok Rebise mampu bertahan senjata dan mampu berperang dalam satu minggu tanpa makan dan minum.” Sebut Syamsulbahri seraya menyebut, Tok Rebisepun ahli seluk beluk gua sehingga menemukan pula tembusan gua ke Isaq yang berjarak 35 kilometer dan tembus ke Gua Kemili dan Gua Gajah.
Ditambahkan, pada awal abad ke-19 setelah kolonial Belanda berkuasa menjajah Indonesia dan merembes ke seluruh penjuru termasuk Aceh Tengah, kelompok Tok Rebise ( Tentara Muslimin ) tidak merasa puas dan mereka membunuh Belanda secara membabi buta .
Terkait dengan itu sebut Syamsul, Oleh Raja Ilang yang memimpin Aceh Tengah memberikan tanah kepada Tok Rebise ( Pimpinan Tentara Muslimin ) agar tidak lagi mengganggu tentara kolonial Belanda dengan memberikan fasilitas tambahan dengan ternak sapi dan kerbau serta kambing berikut jabatan sebagai Panglima khusus Reje Ilang ( Raja Ilang ).
Keunikan
Menurut Syamsulbahri, ada beberapa keunikan Loyang Koro yang terletak diposisi yang strategis yang jaraknya 6 kilometer dari arah Timur kota Takengon Aceh Tengah dan sekitar 200 meter dari Hotel Renggali panaromanya sangat asri,indah dan sangat-sangat menarik yang dihiasi dengan pepohonan kayu dan batu-batuan dan luasnya berkisar 4 hektar.
Uniknya, sebut Syamsulbari di dalam Gua pada kedalaman 15 kilometer, terdapat rawa-rawa dan tumbuhan rawa dalam bahasa daerah Gayo disebut “ Beldem “. Selain itu di dalam gua juga terdapat terowongan ke atas sehingga cahaya dan sinar matahari memasuki gua.
Syamsulbahri menambahkan sembari menunjuk keunikan kepada ANP, yakni pada kedalaman 16 kilometer terdapat gambar batuan berbentuk kerbau dan itu memang kejadian yang luar biasa setelah pemiliknya tidak mematuhi perjanjian yang telah disepakati dengan Raja Tok Rebise.
Syamsul menceritakan pula bahwa ada pengembala kerbau dan Kambingnya dari loyang koro ke Isaq dan pada kedalaman 16 kilometer di terowongan yang sempit tak mau mendengarkan perjanjian sehingga tanpa mereka duga datanglah burung Sertik sejenis kelelawar dan Cicem Uren atau Hujan ( Sejenis burung layang-layang-red ).
Akibat terowongan sempit dan tidak mau mengikuti perjanjian terjadilah perkelahian antara pengembala dengan burung – burung yang tidak diketahui datangnya serta datang pula pengembala dari arah berlawanan, yang akhirnya setelah terjadi pertempuran semua mereka termasuk hewan yang dibawanya menjadi batu.
Sementara pengunjung yang datang dari berbagai daerah terutama Banda Aceh, Pidie, Aceh Utara, Lhokseumawe dan Bireuen di setiap Minggu memperoleh pelayanan yang baik dari Syamsulbahri dan sekaliguas menceritakan berbagai hal keunikan dan sejarah loyang koro itu mendapat respon dari berbagai pelajar.
Mirza salah seorang santri dari Dayah “ Darul Jamil “ Beureunun Pidie menjawab ANP menyebutkan, Loyang Koro sangat indah, asri dan menarik, namun sebut Mirza hal itu tidak ada kepedulian Pemda padahal alam yang indah itu mampu meningkatkan Pendapat Asli daerah ( PAD ).
“Saya kagum kepada keluarga Syamsul Bahri anaknya Tgk Ali Shahak yang mau peduli membenah dan menjaga gua loyang koro dengan mengandalkan bantuan dari pengunjung serta masuk ke gua dengan hanya Rp 2000 / pengunjung.” Sebut Mirzaa yang mengharapkan kepedulian Pemda setempat untuk menmgelolanya dan memperindah.
Mirza yang mengkoodinir kawan-kawannya beserta bantuan Ustaz dan Ustazah datang ke Loyang Koro dengan tujuan selain menikmati alam yang menarik,juga menggeluti situs sejarah di Aceh tengah serta menikmati alam ciptaan Allah sekaligus mereka perlu refreshing. Itulah kisah Loyang Koro dengan harapan terbersit pikiran Pemda Aceh Tengah untuk membenahi sehingga Aceh Tengah benar-benar merupakan daerah wisata yang indah dan mempesona. Amin.Semoga
Welcome to the steemit community :D
Welcome to Steem @idm I have upvoted and sent you a tip
Welcome Idm to Steemit :) . I hope you enjoy your time here, its a great community :) Nice post, i will follow your account, please follow me !
Hello friend welcome to steemit, I am @djnoel and I mix deep house and musica house greetings luck here :)
Welcome to steemit !! Followed. Follow me back 😘
Thanks for the good article