Hari-Hari menjelang Idul Adha bersama istri tercinta

---

---

Memakai mantel hujan menuju pasar

Waktu terus berpacu. Esok hari Lebaran Idul Adha tiba. Hari ini (Minggu,16/6/2024) kami akan pergi ke pasar membeli ketupat kosong. Kemarin daging dan udang sudah dibeli. Namun belum lengkap lebaran tanpa lontong sayur. Awal pagi sekitar pukul 07.30 WIB kami sudah siap meluncur. Cuaca diluar hujan agak lebat. Apakah akan mengugurkan niat kami ke pasar? So pasti tidak. Niat dan tekad kuat tak mundur ke pasar walau hujan turun. Kami persiapkan diri dengan memakai baju anti hujan yang terbuat dari plastik. Hehehe, lucu juga penampilan kami jika sudah memakai baju sakti anti hujan. Kami sudah terbiasa hujan bersama saat keluar dengan mengunakan sepeda motor kebanggaan merk Shogun yang produksi tahun 2001. Kami pernah berdua masuk parit naik motor Shogun karena jalanan penuh dengan genagan air banjir dan tak kelihatan lagi paritnya. Malah ketawa terbahak-bahak berdua. Bukan saling menyalahkan karena keduanya sudah salah nekad menembus banjir. Hehehe.

Hujan masih turun. Kami harus menembus hujan. Kami menuju pasar yang terdekat di Titipapan. Pasar idola sejak dulu. Tak lama hanya butuh waktu sekitar lima menit kami sudah tiba di pasar. Saya tak masuk kedalam pasar kali ini. Hanya menunggu di luar. Menunggu di tempat biasa kedai yang menjual baju gamis dan alat-alat salat pria. Istriku asyik berbelanja dan saya duduk santai didepan ruko mini sambil melihat situasi untuk bahan tulisan.

Akibat hujan pasar belum ramai para pembeli. Apa mungkin juga selera membeli sudah berkurang akibat setiap mendekati hari-hari besar agama harga-harga di pasar melonjak naik. Jika sudah naik maka akan sulit turun. Padahal jika daya beli masyarakat menurun maka secara tidak langsung penjual pun sedikit untung. Sedang asyik duduk tiba-tiba ada mobil sedan masuk kearea parkir sepeda motor. Spontan adek tukang parkir mendekati dan menyampaikan larangan mobil masuk di pasar. Sang sopir mungkin sengaja masuk karena hendak menurunkan istrinya agar tak kena air hujan. Namun, setelah istri beliau turun maka mobil keluar dari pintu satunya.

---

---

Keadaan pasar Titipapan Medan

Pasar ini menjadi idola selain pasar Marelan. Namun kondisi pasar ini pada area kantornya sungguh menyedihkan. Bangunannya banyak yang rusak dan kelihatan kumuh seakan tak berpenghuni. Padahal ada Pengurus Daerah pasar. Tapi kelihatannya kurang perduli. Apakah tak ada anggaran atau memang senang terkesan layaknya rumah hantu yang mengelikan.

---

---

• Selesai belanja bahan ketupat*

Tak lama saya menunggu sang istri sudah selesai berbelanja. Barang-barang belanjaan diletakkan pada sangkutan besi yang terdapat pada motor. Tidak terlalu banyak belanjaan dan yang lebih dominan adalah kelonsong ketupat. Setelah siap dan membayar biaya parkir maka selanjutnya kami pulang. Hujan masih turun namun sudah agak ringan menyirami bumi. Sampai dirumah barulah kami mandi karena setelah itu akan melanjutkan episode berbelanja lagi dengan penuh kebahagian bersama istri.

---

---

• Menuju toko jam tangan*

Langit sudah cerah. Hujan pun reda. Kami sepakat keluar rumah akan menuju tempat jualan bahan-bahan kue. Pukul 11.15 WIB kami memacu motor. Pingangku dipeluk erat. Kepala istri menempel kuat dipunggung belakangku. Sebelum ke toko penjualan bahan-bahan kue kami mampir sejenak di toko jam. Ada beberapa jam tangan istri dan anak-anak serta jam tanganku harus diganti batereinya. Jam sudah lama nyawanya hilang dan harus diganti. Toko jam tangan yang kami tuju terletak di jalan Titipapan. Tidak lama kami ditoko jam dan setelah diaksi jamnya kemudian hidup kembali dan kami pun pergi.

---

---

• Belanja di RBM Market*

Selesai sudah dari toko jam, kami lanjut menuju ke toko penjualan bahan kue. Arah menuju jl. Marelan V pasar 2 Barat. Jarak tempuh sekitar sepuluh menit. Sekejab saja kami telah tiba dilokasi. Ini yang pertama saya hadir. Rupanya market yang bernama Rezeki Bersama Mitra (RBM) Frozen Food dsn bahan kue. Termasuk besar juga market tersebut. Banyak macam bahan kue dan alat-alat percetakan kue. Tak banyak yang diborong sama istri hanya saja membeli bahan-bahan untuk membuat makanan kebab, indomie dan lain sebagainya. Ramai juga para pembeli dan harganya tidak terlalu mahal. Jika dilihat dari luar bangunannya besar dan isi penjualan padat. Luar biasa. Kami pun tak berlama-lama karena beberapa menit lagi waktu salat dhuhur tiba. Saat keluar dari RBM Market sang istri menyampaikan info duka,"pa, suami Kak Indah polisi baru saja meninggal," sambil setengah kaget. "Innalillahi wainna ilaihi raji'un," ucapku. "Nanti malam kita takziah kerumah duka ya. Kak Indah teman mama yang baik," pinta istriku.
"Ya ma, tapi habis salat isya ya," jelasku.

---

---

• Berada di rumah duka*

Waktu pun berjalan cepat. Sesuai keputusan Menteri Agama bahwa 10 Dzulhijjah 1445 Hijriah jatuh pada hari Senin, 17 Juni 2024. Artinya suami Kak Indah, teman istriku meninggal satu hari sebelum Hari Raya Idul Adha. Sudah tiba ajal tidak bisa menghindar. Asbabnya jantung kambuh namun sebenarnya takdir Allah sudah tiba. Kami sudah tiba di rumah duka. Sedih pastilah ada namun harus ikhlas melepaskan kepergian suami tercinta. Di dalam rumah dan di luar banyak orang datang melayat. Semua menjadi pelajaran buat yang masih hidup agar siapkan bekal amal sebanyak-banyaknya untuk kembali pada ilahi.

Waktu pun sudah larut dan kami pamit pulang. Tampak kesedihan mendalam dari raut wajah Kak Indah atas berpulang kerahmatullah suami tercinta. Buat almarhum Lahul Al-fatihah.***