Bahasa dan Hakikatnya (bilingual)
Teman-teman steemian di mana saja berada, izinkan kali ini saya bicara soal bahasa. Kita tahu, kegiatan apa pun di kehidupan ini selalu membutuhkan bahasa. Singkatnya, semua tindakan komunikasi dilakukan dengan bahasa, baik secara lisan, isyarat, tulis, atau bentuk lain. Bayangkan, jika tidak ada bahasa, mungkinkan kita bisa menulis di steemit ini atau di tempat lain? Nah, untuk itu, kali ini saya mau berbagi tentang hakikat atau sifat bahasa yang sebenarnya.
a. Universal
Sifat bahasa yang pertama adalah universal, artinya menyeluruh. Bahasa tidak terikat dengan konsensi satu pokok. Contoh mudahnya begini, seseorang yang sedang marah, tidak selalu harus mengatakan bahwa dia marah, tetapi bisa saja dengan sikap, wajah, termasuk ekspresi (tatapan).
Contoh lain, dalam menyampaikan sesuatu, tidak selalu harus menggunakan suara atau tulisan, tetapi juga bisa melalui gerak-gerik, pandangan, atau apa pun yang bisa membuat lawan komunikasi mengerti. Ini merupakan bentuk keuniversalan bahasa.
b. Unik
Bahasa juga bersifat unik, punya ciri khas tersendiri. Keunikan ini membuat bahasa yang satu dengan bahasa yang lain punya makna tersendiri untuk kata yang sama. Misalnya begini, orang Sunda mengatakan”Ini teh susu,” bisa saja maknanya sekadar “Ini susu.” Namun, bagi orang Indonesia umumnya, kalimat itu bisa berarti ‘teh pakai susu’.
Contoh yang lebih mudah, misalnya, orang Aceh tidak sengaja tersenggol dengan orang Batak. “Ulang,” kata orang Batak. Orang Aceh kemudian menyenggol ulang kembali. Orang Batak dengan meringis kesakitan berujar, “Ulang!”. Orang Aceh kembai menyenggol bahkan kali ini memukul orang Batak tersebut karena dikira si Batak minta ulang disenggol, padahal maksudnya ‘jangan’.
c. Arbitrer
Hakikat bahasa di sini adalah ‘mana suka’ atau ‘suka-suka’. Artinya, benda yang berbentuk persegi, punya kaki, biasa digunakan untuk meletakkan makanan dan minuman atau benda lain, dalam bahasa Indonesia disebut “meja”. Namun, dalam bahasa Inggris, benda itu dinamakan “table”. Hal ini berlaku suka-suka orang Indonesia mengatakan meja, suka-suka orang Inggris mengatakan ‘table’.
Dalam kasus yang sederhana, suatu kali orang Inggris sampai ke Indonesia. Ia melihat orang Indonesia sedang makan durian (sedang musim durian ya?). Orang Inggris tidak tahu apa nama buah tersebut karena di daerah mereka tidak ada pohon durian. Ia bertanya pada orang Indonesia apa nama buah itu. Lalu atas dasar suka-suka orang Inggris, mereka pun menyebut buah berduri-duri itu dengan nama ‘durian’ sesuai aksen dan dialek mereka. Orang Indonesia tidak boleh bantah bahwa itu “Bahasa kami.” Bahasa adalah suka-suka, maka suka-suka orang Inggris ikut bahasa Indonesia kali ini, hehehe.
d. Sebagai sistem
Nah, meskipun bahasa itu ‘suka-suka’, tetapi ia memiliki sistem. Sistem tersebut mengatur susunan bunyi (dalam bentuk lisan) dan aksara (dalam bentuk tulis) sehingga ia berpola, teratur, membentuk satu kesatuan. Bayangkan jika dalam bahasa Indonesia tidak ada sistem vokal dan konsonan, lalu orang akan menulis “sddsksksauikd...” Siapa tahu makna itu? Namun, karena bahasa punya sistem, huruf-huruf tersebut harus diatur sesuai sistemnya. Dalam bahasa Indonesia, konsonan rangkap hanya bisa bergandengan dua buah, selanjutnya harus muncul vokal sehingga bisa dibunyikan dengan pola bermakna.
Nah, teman-teman steemian, masih ada beberapa lagi ciri atau sifat bahasa. Lebih tepat, disebut hakikat bahasa. Namun, karena ini bukan makalah, melainkan sebuah wadah daring, saya tidak mau membuat pembaca terlalu lama menghabiskan waktu di ‘rumah saya’ ini. Saya padai dulu sampai di sini ya. Lain waktu saya sambung lagi.
Salam literasi,
Herman RN
======ENGLISH VERSION=====
Hi Steemians everywhere, let me talk about language this time. We know that any activity in this life always requires language. In short, all communication actions are done in language, either verbally, gestures, write, or other forms. Imagine, if there is no language, maybe we can write in this steemit or elsewhere? Well, for that, this time I want to share about the nature or nature of the real language.
a. Universal
The nature of the first language is universal, its overall meaning. Language is not bound by a single concession. An easy example like this, someone who is angry, does not always have to say that he is angry, but it could be with attitude, face, including expression (gaze).
Another example, in conveying something, does not always have to use voice or writing, but can also be through gestures, views, or anything that can make the other person understand. This is a universal form of language.
b. Unique
Language is also unique, has its own characteristics. This uniqueness makes language one with another language has its own meaning for the same word. For example, the Sundanese say "This is milk tea," it could just mean "It's milk." However, for most Indonesians, that phrase could mean 'milk tea'.
A simpler example, for example, is that the Acehnese are not accidentally bumped into the Batak people. "Repeat," said the Batak people. The Acehnese then nudged again. The Batak people winced with pain saying, "Repeat!". The Acehnese backed up even this time hitting the Batak people because it was thought the Batak asked for a reincarnated, when it meant 'do not'.
c. Arbitrer
The essence of language here is 'where likes' or 'likes'. That is, objects that are square, have legs, commonly used to put food and drink or other objects, in Indonesian language called "table". However, in English, the object is called "table". This applies to Indonesians who like to say the table, like the English people say 'table'.
In the simplest case, one time an Englishman arrived in Indonesia. He saw the Indonesian people are eating durian (durian season is yes?). The English do not know what the name of the fruit is because in their area there is no durian tree. He asked the Indonesian what the fruit was. Then on the basis of the English fondness, they also call the fruit of thorns with the name 'durian' according to their accents and dialects. Indonesian people should not argue that it is "our language." Language is a joy, then like the English people join the Indonesian language this time, hehehe.
d. As a system
Well, even though the language is 'fun-loving', but it has a system. The system governs the arrangement of sounds (in verbal form) and letters (in written form) so that it is patterned, organized, forming a unity. Imagine if in Indonesia there is no vowel and consonant system, then people will write "sddsksksauikd ..." Who knows the meaning of it? However, because the language has a system, the letters must be arranged according to the system. In Indonesian, a double consonant can only hold two hands, then it should appear vowel so it can be sounded with meaningful pattern.
Well, steemian friends, there are still some characteristics or the nature of language. More precisely, called the essence of language. However, since this is not a paper, but an online container, I do not want to make the reader spend too much time in my 'home'. I'm the first to reach here yes. Next time I connect again.
Greeting literacy,
Herman RN
Memang mantap that artikel nyoe. Pantas dan layak droneuh menyandang status dosen bahasa Indonesia. Terima kasih sudah berbagi pengetahuan. Semoga tambah sehat dan pundi dolarnya membengkak. Maaf belum bisa vote. Efek kejatuhan harga sbd, nilai vote saya 0,0. Hanjeut keubut.
Hahaha.. Hana meuteume vote hana masalah. Yang peunteng na yg baca. Na gop meudibaca than ka vote hahaha.. Teurimong gaseh.
Lon kaluh baca..vote..san resteem lom
Hahahaah
hahaha... bereh. makasih
Sejak di FAMe aku mulai suka mempelajari bahasa Indonesia lebih jauh, makin dipelajari makin menantang.
Betul. Bahasa itu luas sekali kalau kita pelajari. Sangat menantang. Tk
Tulisan yang sangat bermanfaat
Terima kasih
Wah, bereh Pak Dos. Seorang dosen yang mengampu matakuliah BIPA (Bahasa Indonesia Penutur Asing), harus paham benar hakikat bahasa.
Hehehe.. Terima kasih @gabrielmiswar. Senang mendapat komentar Anda :p