FAMe Lhokseumawe Mengajar untuk Aceh Pintar (Aceh Carong)

Foto: Peserta acara kepenulisan FAMe Lhokseumawe.

Menulis merupakan tradisi intelektual muslim yang harus dilestarikan. Menulis adalah salah satu cara membukukan karya yang menjadi dokumentasi literatur keilmuan. Tradisi menulis semakin subur di kota belahan sungai, Lhokseumawe dalam beberapa bulan terakhir. Beberapa komunitas literasi semakin antusias berkiprah memajukan dunia tulis menulis di sudut-sudut kota Lhokseumawe.

Foto: Bapak Muhammad Nasir Age cerpenis (kiri) dan Tgk. Mahdi Idris pemateri (kanan).

Pada Sabtu, 17 Februari 2018 Forum Aceh Menulis (FAMe) cabang Lhokseumawe menggelar bimbingan menulis puisi untuk para penulis pemula. Acara tersebut berlangsung di Abua Kupi, Lhokseumawe. Pada acara serupa dialog sastra tersebut sastrawan asal Aceh, Tgk. Mahdi Idris penulis buku Lelaki Bermata Kabut menjadi pemateri. Tgk. Mahdi Idris ustaz dan sastrawan berlatar pendidikan pesantren berbagi ilmu tentang kiat-kiat sukses menulis puisi agar dimuat di surat kabar.

Acara yang dipelopori oleh Ibu Asmaul Husna pengurus FAMe kota Lhokseumawe tersebut diikuti oleh mahasiswa, guru, pegiat literasi, dan penulis. Pada kesempatan itu turut hadir Bapak Muhammad Nasir Age (MN. Age) cerpenis senior asal Aceh Utara dan Bapak Johan Pahlawan, M.Pd pegiat literasi sekaligus seorang guru Bahasa Indonesia di SMKN Seunuddon, Aceh Utara.
Acara yang berlangsung menggembirakan itu berlanjut dengan sesi tanya jawab seperti dialog sastra antara pemateri dengan peserta. FAMe hampir mirip dengan FAM (Forum Aktif Menulis) di Padang, Sumatra Barat yang dicetuskan oleh Bapak Muhammad Subhan penulis dan sastrawan yang berdomisili di ranah minang (tanah minang).
Semoga FAMe terus memperlebarkan sayapnya menggerakkan semangat generasi muda untuk menulis. FAMe mengajar untuk Aceh carong (Aceh pintar) menulis. FAMe dicetuskan pertama kali oleh Bapak Yarmen Dinamika penulis kondang nasional asal tanah rencong, Aceh.