Ekspedisi Mencari Jejak Hikayat di Pedalam Aceh Utara

in #indonesia6 years ago (edited)

IMG_20180126_212504.jpg
Foto: Tgk. Ibrahim Pmtoh (baju putih) sedang menjelaskan tentang hikayat di depan bapak Hermansyah dan Ustaz Saifuddin Dhuhri.

Hari itu mentari bersinar garang. Rabu, 24 Januari 2018, sekitar jam 11. WIB tiba-tiba hand phone saya berdering, lalu saya ambil. Tiba-tiba terdengar suara "Apa kabar pak? Masih kenal suara saya?," rupanya suara pak Hermansyah ahli filologi manuskrip hikayat Aceh. Beliau mengajak saya sebagai fasilitator melacak keberadaan manuskrip hikayat Aceh di kampung pedalaman Aceh Utara.
Setelah berbincang-bincang beberapa saat sekitar 15 menit dengan tim ekspedisi misi penyelamat manuskrip hikayat Aceh yang diprakarsai oleh pak Hermansyah filolog dan akademisi dari UIN Ar-Raniry Banda Aceh bersama sahabatnya Ustaz Saifuddin Dhuhri dosen IAIN Lhokseumawe pengamat hikayat Aceh. Kami pun sepakat bahwa jam 14.WIB akan bergerak menuju tempat tujuan penelitian mengkaji hikayat.
IMG_20180126_212428.jpg
Foto: Bapak Hermansyah (kiri) ahli manuskrip dan Ustaz Saifuddin Dhuhri (kanan) pengamat hikayat Aceh di kediaman Tgk.Ibrahim Pmtoh.

Sekitar jam 14.WIB tim ekspedisi mulai bergerak. Mobil yang dikemudikan oleh Ustaz Saifuddin Dhuhri pun terus melaju melalui jalan yang berliku, melewati jalan pedesaan menuju arah desa Bayi, lalu berkelok-kelok menaiki bukit kecil desa Blang Aceh (Teumpok Aceh), Kec. Nibong, Kab. Aceh Utara. Di situlah tim pencari jejak khazanah Aceh menemukan hikayat sisa-sisa warisan indatu (leluhur). Walaupun hikayat yang kami cari tidak begitu lengkap, namun khazanah sastra Aceh masih dapat terdengar dari lantunan sang penutur hikayat Aceh Tgk. Ibrahim Pmtoh yang mampu menuturkan hikayat dalam tujuh irama (ritme).
Namun sangat disayangkan belasan judul hikayat koleksi Tgk. Ibrahim Pmtoh yang disimpan di kawasan Kec. Seunuddon telah lenyap direndam air bah ketika tsunami menyapu Aceh tahun 2004 silam. Hanya dua judul hikayat yang tersisa, itupun sudah lapuk dimakan usia. Untung Tgk. Ibrahim mampu menghafal belasah hikayat yang sudah direndam tsunami itu, direkam dalam ingatannya. Salah satu hikayat yang mampu dihafal oleh Tgk. Ibrahim adalah hikayat Raja-raja Pasai versi aksara Arab-Aceh (Jawoe).
Berdasarkan fakta di lapangan mengenai hikayat yang hampir menghilang. Dalam diskusi wacana yang mengemuka itu, pak Hermansyah berinisiatif dan menyarankan agar hikayat Aceh harus didokumentasikan dalam bentuk digital atau disalin ulang.
Setelah selesai wawancara dengan Tgk. Ibrahim Pmtoh sekitar hampir 2 jam tim ekspedisi pun melaju pulang. Namun misi ini mungkin akan berlanjut ke daerah-daerah lain untuk melestarikan khazanah hikayat Aceh yang hampir menghilang.
Catatan: Manuskrip adalah karya tulisan tangan yang bernilai sejarah.

Sort:  

Saya suka penulis yang menjaga informasi, data dan sejarah. Kebanyakan kami kelompok muda kehilangan literasi informatif yang bersejarah. Semoga sehat selalu untuk mengajarkan kami yang muda mengenal sejarah.

Terimakasih atas dukungannya sahabat.

Mantap bang @hamdanimulya semoga semakinbanyak manuskrip yang di temukan

Pak Hamdani seorang gurukah?

Ya pak, sy guru Bahasa Indonesia di MAN Lhokseumawe, Aceh.

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.13
JST 0.030
BTC 64724.35
ETH 3436.21
USDT 1.00
SBD 2.55