Sekelibat Makna Perkawinan di Netraku

in Steem SEA3 days ago

IMG_1818.jpeg

Perkawinan, sebuah diksi dengan imbuhan “pe-an” yang mengusung sejuta makna dan konotasi. Dalam bahasa Indonesia, istilah "kawin" sering kali digunakan untuk menggambarkan sebuah upacara sakral yang menyatukan dua insan dalam ikatan yang sah, baik secara hukum positif maupun hukum agama. Namun, pemaknaan terhadap diksi ini amat jauh lebih luas ketika kita telisik secara lebih lanjut.

kawin /ka·win/ (1) v membentuk keluarga dengan lawan jenis; bersuami atau beristri; menikah: ia -- dengan anak kepala kampung; (2) v melakukan hubungan kelamin; berkelamin (untuk hewan); (3) v cak bersetubuh: -- sudah, menikah belum; (4) n perkawinan;

Sumber: KBBI Daring

Berdasarkan beberapa sumber yang kudapatkan, aku sampai pada interpretasi dari definisi “kawin” itu sendiri. Adalah ia sebuah verba yang berarti bersatu atau bercampur.

Istilah ini tidak hanya dipakai untuk manusia, mamalia dengan signifikansi prefrontal cortex sehingga membuatnya mampu menciptakan realitasnya sendiri, tetapi juga untuk hewan lain dalam konteks reproduksi. Dalam dunia hewan, "kawin" berarti sebuah proses alami yang bertujuan untuk melestarikan keturunan serta mengikat keberlangsungan spesies.

Mekanisme kawin ini cukup bervariasi di antara spesies, yang dilakukan mereka dengan cara-cara unik dan menarik sesuai dengan lingkungan serta kebutuhan biologisnya.

Singa, badak, atau antelop jantan, misalnya, kerap bertarung dengan jantan lain untuk mendapatkan hak kawin dengan betina. Pada burung merak, sang pejantan dengan piawainya memamerkan bulu ekornya yang apik pancawarna dalam rangka membuat si betina klepek-klepek. Ajojing ganjen inilah yang nantinya menjadi penentu utama apakah betina akan memilih pejantan tersebut sebagai pasangan atau tidak.

IMG_1735.jpeg

Dan kalau kita perhatikan, di dunia air, perkawinan dihiasi dengan mekanisme yang tak kalah menakjubkannya. Salmon melakukan migrasi jarak jauh ke tanah airnya (baca: tempat mereka tepercul) untuk bertelur. Betina menggali lubang di kerikil dasar sungai, meletakkan telur, dan jantan kemudian membuahi telur-telur tersebut. Sungguh tak kira-kira jarak yang mereka tempuh untuk bisa memenuhi hasrat herediter ini, mencapai ribuan kilometer jauhnya.

Pada hewan darat paling buncit di dunia, gajah, pejantan yang berada dalam kondisi musth (periode peningkatan hormon testosteron) akan berkompetisi untuk flirting ke betina yang siap kawin. Betina memilih pejantan yang paling tekun nge-gym, eh maksudnya yang paling kuat dan sehat.

Mekanisme-mekanisme ajaib tersebut mengisyaratkan pada kita bahwa di dunia hewan, perkawinan adalah tindakan instingtif yang murni didorong oleh kebutuhan biologis. Tidak ada niat terselubung yang yang dilakukan dengan cara-cara yang tidak senonoh, semacam bungkus cewe di club, atau ngajak FWB-an, LOL.

Ketika seekor hewan merasa waktu yang tepat untuk bereproduksi, mereka akan berupaya memburu pasangan untuk melanjutkan keturunannya. Absennya istilah “pasangan ideal” di dunia fauna menjadikan proses perkawinan ini tak lebih dari sebuah proses alami nan primitif. Tidak ada ikatan emosional, tidak ada komitmen jangka panjang. Titik.

Hanya saja, pada manusia, perkawinan ini dibalut dengan berbagai proses normatif yang menyangkut adat dan tradisi rumit, sehingga membuatnya jadi istimewa. Reproduksi bukanlah satu-satunya faset dari perkawinan itu sendiri.

Kita tahu bahwa manusia modern dibolehi dengan sejuta kompleksitas emosional dan sosial. Inilah yang membuat mereka memberikan arti lebih bagi sebuah perkawinan. Dalam banyak budaya, perkawinan adalah perwujudan cinta, komitmen, dan kemitraan yang dilandasi oleh norma-norma sosial dan agama.

IMG_1806.jpeg

Keunikan manusia dalam memaknai percampuran laki-laki dan perempuan tercermin dari beragamnya budaya kawin di berbagai belahan dunia. Jadi jangan heran jika di luar sana, banyak budaya ajaib yang berkenaan dengan perkawinan. Di beberapa negara bekas pecahan Uni Soviet (sekarang Asia Tengah), seperti Kazakhstan dan Kyrgyzstan, ada sebuah praktik lumrah yang dikenal dengan bride kidnaping alias penculikan pengantin.

Ya, penculikan pengantin, anda tidak salah baca. Tradisi ini di Kyrgyzstan dikenal dengan istilah Ala Kachuu, dan di negara tetangganya, Kazakhstan, Alyp Qashu. Konon katanya di negara-negara ini, satu dari tiga pernikahan dimulai dengan penculikan. Tidak mengherankan bahwa Asia Tengah menjadi basis wilayah bagi penculikan pengantin.

Fenomena ini menginspirasi Mirlan Abdykalykov, seorang film director yang merupakan putra kelahiran sono untuk membikin sebuah karya dengan judul yang sama, “Bride Kidnapping” (2003)

Ingat, aku tak jamin filemnya akan bagus, atau masih tersedia.

Sort:  

Upvoted. Thank You for sending some of your rewards to @null. It will make Steem stronger.

 3 days ago 

Dalam persepsi yang salah, ada perbedaan yang hampir sama antara anak-anak dengan orang yang sudah kawin dalam hal bermain..
Ayo... Apa yang beda...? 😀😀

 2 days ago 

Tebakan saya… anak-anak cenderung menganggap perkawinan sebagai alternatif mereka bermain. Sementara yang dewasa menjadikan orang sepermainannya sebagai kawan kawin:)

Jadi, apakah saya dapat 100 juta dari jawaban ini?

 2 days ago (edited)

Belum tepat sih..
Yang tepat itu anak-anak wajib mandi setelah bermain. Sedangkan orang dewasa mandi wajib setelah bermain..🤭

 yesterday 

Padahal dua duanya malas mandi:P

 yesterday 

🤣🤣🤣🤣🤣🤣


curation-post.webp

We invite you to continue publishing quality content. In this way you could have the option of being selected in the weekly Top of our curation team.

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.14
JST 0.030
BTC 69264.29
ETH 3316.64
USDT 1.00
SBD 2.66