Malam di Medan dengan Segala Warna-warninya
Malam ini saya sudah berada di Medan setelah sebelumnya merencanakan untuk jalan-jalan bersama keluarga.
Ketika ke Medan saya lebih memilih naik bus daripada pesawat, selain karena phobia ketinggian, bagi saya bus menawarkan sebentuk keindahan malam. Semalam saya melihat lagi keindahan bulan yang bulat sempurna, walaupun posisinya terlihat jauh, tapi pesona nya tak pudar apalagi semalam awan tidak menjadi penghalang atas keindahannya.
Malam ini, di Medan, saya mengajak yang lain berkeliling selain karena tidak betah berlama-lama di rumah, saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan jalan sesingkat ini.
Angkringan "Nasi Goreng Pandu" menjadi pilihan kami untuk mengisi perut malam ini. Selain karena lumayan murah, kami suka dengan suasananya yang lebih santai.
Yang masih menggelitik pikiran saya adalah ketika makan kami di datangi oleh beberapa pengamen. Memang ini bukanlah hal baru bagi saya dengan keadaan seperti ini karena dulu saya juga pernah bekerja di bidang yang bersinggungan dengan anak jalanan dan anak yang dilacurkan. Tapi untuk mempekerjakan anak di bawah umur bukanlah sesuatu yang dinilai bijak. Saya juga tidak ingin terkesan arogan hanya dengan mengkritik kejadian tersebut, semua orang juga butuh uang untuk hidup. Dan mereka pun berusaha untuk mendapatkan uang dengan cara mengamen bukan mengemis.
Seandainya saja semua perekonomian tidak diatur oleh mafia-mafia bertampang "alim", ataupun negara tidak diatur oleh kepentingan segelintir golongan, bahkan pemerintah tidak dikuasai dan didikte oleh pengusaha, mungkin kita akan lebih sejahtera dan merdeka. Atau konflik memang selalu diperlukan agar perdamaian tercapai? Entahlah.
Salam,
@fararizky
Galfok dengan piring ungunya wkakaka