Tenggelam (Bag 1)
Boat yang kami tumpangi tiba-tiba tenggelam saat Saya, Rais, Tgk Nadi dan Wakdon sedang asyik memancing ikan di hilir sungai Sungo Blah, Aceh Timur, Sabtu 5 Agustus 2017.
Petaka ini terjadi setelah sebatang pohon bambu, seukuran betis orang dewasa menancap pada bagian lantai boat, sehingga boat kami bolong dan air asin itu menyembur ke dalam. Kami telah berupaya membuang air dengan cara tradisional. Tetapi kami kalah cepat.
Sekitar 5 menit usai kecelakaan itu, air dengan cepat memenuhi boat dan hampir tenggelam ke dasar sungai. Beruntung. Ada dua unit boat nelayan lainnya yang melintas, lalu datang membantu kami.
Para nelayan tersebut membantu menarik boat ke tepi agar tidak tenggelam ke dasar sungai. Ini adalah sebuah jasa yang tidak sanggup kami balas. Sungguh, mereka berhati mulia.
Mereka memberikan sedikit oli, karena pelumas mesin boat kami sudah bercampur air, lalu sedikit paku sebagai perekat untuk menambal boat yang bolong. Setelah memastikan kami dalam keadaan aman, mereka kemudian pergi. Hanya Tuhan yang mampu membalasnya.
Sebelum boat berhasil ditarik ke tepi, Wakdon, sempat panik. Padahal, dia senior dalam urusan ini. Dia khawatir, bila boat itu benar-benar tenggelam ke dasar sungai. Maka kami harus membayarnya. Sebab itu adalah boat yang kami sewa dari nelayan setempat.
Sebelum bantuan datang. Wakdon berupaya menarik boat itu sendiri. Dia berulang kali menyelam untuk memindahkan pohon yang menusuk pada lantai boat. Dia marah marah sedari meminta kami membantu mengangkat boat. Wajahnya tegang.
Lalu giliran saya yang menyelam, kemudian Tgk Nadi, dan terakhir adalah Rais.
Kami telah berupaya mengangkatnya, tetapi benar-benar berat. Terakhir, Wakdon baru menyebutnya, bahwa ada kejanggalan atau campur tangan mahkluk gaib dalam urusan ini.
Mungkin ada benarnya pernyataan Wakdon, sebab sebelum boat itu tenggelam, saya sempat terjatuh ke air di tengah sungai. Meski begitu, saya tidak takut. Hanya Allah melalui malaikat-Nya yang berhak mencabut nyawa.
Setelah boat berhasil ditambal dan menggantikan oli, mesin boat baru menyala setelah mesinnya kami perbaiki sekitar 30 menit. Meski begitu, kami harus mendayung karena bahan bakar habis, setelah tumpah saat boat tenggelam. Dan terakhir kami dijemput pemilik boat itu.
Bagi saya, membayar boat adalah urusan belakang. Yang penting para penumpang selamat. Dan ini bukanlah kejadian pertama menimpa kami. Beberapa bulan lalu, boat yang kami tumpangi juga bernasib sama.
Saya pikir ini adalah sebuah ujian, yang membuat kami lebih andal. Bukankah para nelayan tangguh itu tidak terlahir dari ombak yang tenang?.
…………….....
..................
The boat that we were riding was suddenly drowned when I, Rais, Tgk Nadi and Wakdon were fishing in the river Sungo Blah, East Aceh, on Saturday 5 August 2017.
This happened after a bamboo tree, the size of an adult calf stuck on the floor of the boat, so our boat was hollow and salt water was sprayed inward. We have attempted to dispose of water in the traditional way. But we lost fast.
About 5 minutes after the accident, the water quickly filled the boat and nearly sank to the bottom of the river. Lucky. There are two other fishing boats that pass by, then come to help us.
The fishermen helped pull the boat to the edge so as not to sink to the bottom of the river. This is a service we can not afford to repay. Truly, they are noble.
They give a little oil, because our boat boat lubricant has been mixed with water, then a little nail as a glue to patch a boat hole. After making sure we were safe, they left. Only God can repay him.
Before the boat successfully pulled to the edge, Wakdon, had a chance to panic. In fact, he is senior in this affair. He worried, if the boat really sink to the bottom of the river. So we have to pay for it. Because it is a boat that we rent from local fishermen.
Before help came. Wakdon tried to pull the boat itself. He repeatedly dives to move the piercing tree on the floor of the boat. He was furious when he asked us to help lift the boat. Her face was tense.
Then it was my turn to dive, then Tgk Nadi, and lastly was Rais. We have tried to lift it, but it's really tough. Finally, Wakdon just called it, that there is an awkwardness or interference of supernatural beings in this affair.
Perhaps there is a point in Wakdon's statement, because before the boat sank, I had fallen into the water in the middle of the river. Even so, I'm not afraid. Only God through His angel has the right to take a life.
After the boat successfully patched and replaced the oil, the new boat engine lights up after the engine we repair about 30 minutes. Even so, we had to paddle because the fuel runs out, after spilling over the boat sank. And finally we picked up the boat owner.
For me, paying a boat is a rear affair. The important thing the passengers survived. And this is not the first thing that happened to us. A few months ago, the boat we were traveling to was also the same fate.
I think this is a test, which makes us more reliable. Are not these tough fishermen not born from the calm waves ?.
Postingan yang bagus bang @fahrilzubir,di situ lah terdapat rasa saling tolong menolong nya..keren
Iya benar bang dianclasher, saling membantu adalah hal yang baik. Dan nelayan kita, memang berhati mulia.. Salam saya untuk Anda..
Harus tetap hati hati ..
salam @newzifa
Makasih kawan telah memperingatkan,, salam saya untuk Anda....
Pengalaman pribadi yang menarik, tapi semoga tak terulangi lagi @ fahrilzubir
Hahahaha, na abi lagoe.. Mantrap abi, terimakasih telah berkunjung..