Hiduplah Bagai Lilin

source

Hai Steemian

Selama ini mungkin sebahagian dari kita di dalam memahami filosofi lilin sebagai sesuatu yang hanya sia-sia. Hanya memberikan cahaya yang terang, sementara dirinya sendiri meleleh dan hancur lebur tidak berarti. Sehingga hal ini memunculkan statemen yang mengatakan, janganlah pernah hidup bagaikan lilin. Namun bila kita dapat berpikir sedikit arif dan bijaksana, mungkin kita akan menemukan perspektif yang berbeda hari statemen yang di atas. Lilin, di saat dirinya habis terbakar dan meleleh setelah memberikan penerangan di sebuah kegelapan, sesungguhnya yang terjadi bukanlah sebuah kehancuran. Melelehnya lilin itu pada hakekatnya adalah sebuah simbolisasi penyatuan diri sebuah pancaran cahaya yang bersumber dari api yang telah membakar dirinya sendiri. Dan itulah yang dapat kita sebut pengorbanan tanpa pamrih.

source

Mungkin hanya mereka yang mau berkorban tanpa pamrih dan tulus seperti lilin inilah yang berhasil mencapai puncak dari sebuah kesadaran kosmik atau pencerahan. Yaitu, sebuah konsepsi kesadaran yang sangat kita butuhkan dalam mencapai sebuah kebahagiaan yang dicita-citakan oleh semua manusia dan semua bangsa dipermukaan bumi ini. Manusia yang memiliki kesadaran seperti inilah yang tercerahkan dan mampu mencerahkan sebuah kehidupan. Menjadi pemimpin yang adil dan baik, menjadi pejabat yang dapat menaati hukum, menjadi orang tua yang bijak serta penuh dengan cinta kasih, menjadi anak yang hormat dan taat kepada orang tua, menjadi murid yang santun dan sebagainya.
Untuk itu marilah belajar hidup bagaikan lilin, memberikan penerangan serta berani berkorban tanpa pamrih.

Demikian tulisan singkat yang dapat saya bagikan makam ini dengan harapan ada manfaatnya. Terima kasih telah berkunjung dan salam hangat dari dataran tinggi.

.
By @edibersah

Posted using Partiko Android