1 - Titah Sang Ratu

in Indonesia3 years ago (edited)
sumpeeh ini fiksi by @cicisaja✌️


IMG_20210517_142800.jpg
tapi fotonya bukan fiksi😜


Aku sedang berjemur menyerap nikmat Tuhan berupa Vitamin D lewat sinar matahari pukul 7 yang cukup menyengat di suatu pagi bulan April. Kucing peliharaan perempuanku ikut berbaring berjemur sambil
mendengkur di bawah bangku, di halaman sempit rumah milik Ayahku. Aku dan perempuanku tinggal serumah dengan Ayah yang sudah renta, meskipun beberapa kali kuajak pindah agar kami bisa lebih bebas bercinta, perempuan itu menolak tanpa berpikir.
"Kau anak lanangnya, bagaimana Kau bisa meninggalkannya sendiri diusia serenta itu? Kau mau aku meninggalkanmu saat Kau renta tak
mampu bercinta lagi?"
Omelan seperti ini sungguh bukan hal baru buatku. Satu kalimat dibalas 10 kalimat beruntun persis petasan cabe yang sering dipakai saat acara pesta perkawinan suku Betawi.

Perempuan tercantik setelah almarhumah ibuku itu mendekatiku sambil tersenyum, rambutnya seperti surai singa, acak-acakan sisa pendakian semalam. Dia memelukku dengan manja seraya mendaratkan sebuah kecupan di dahiku. "Pagi, sayangku", suara serak dan beratnya menyapu telingaku membuatku ingin mengajaknya mengarung Samudera Hindia berdua saja. Aku tak menyahut, kutarik ia ke pangkuan dan kukecup pipi tirusnya.

"Kenapa bangun, Kau merindukan aku ya?" Kusentuh hidungnya yang sama sekali tak mancung. Perempuan itu tertawa, aku yakin itu bukan karena malu, bertahun-tahun aku hidup bersamanya tak pernah sekalipun aku melihat pipinya memerah seperti digambarkan dalam komik manakala seorang perempuan tersipu malu. Bahkan tidak saat pertama kalinya tidur bersama. "Kau merusak beha terakhirku yang layak pakai semalam, padahal sudah kuingatkan berkali-kali, apa Kau ingin aku berkeliaran sepanjang hari sambil mengeluh geli?" mata indahnya menatapku dengan sorot mata menuduh.

Tuhan, sungguh aku layak mendapat hukuman setimpal atas dosa merusak satu-satunya alat penyandang daging terempuk didunia ini, sementara aku tak pernah sekalipun bisa menebak ukuran dan belinya dimana. "beli yang baru saja, Sayang. Kan banyak di toko online" saranku setengah merayu. Dia turun dari pangkuanku tiba-tiba , membuatku hampir jatuh terjengkang menimpa kucing.

"beli online? Kau tahu betapa susahnya menemukan beha yang cocok buatku, aku sendiri tak bisa memastikan ukurannya tanpa mematut dahulu. Bagaimana bisa toko online menyediakan layanan seperti itu?" serangan kalimat seperti ini membuatku mati kutu. "bagaimana kalau Kita pergi ke toko pakaian dalam khusus wanita, nanti?" Kutawarkan solusi terbaik yang terpikir padanya sambil mengerahkan segenap pesona ketammpanan yang tersisa ini.

"Kau? Menemaniku masuk toko pakaian dalam wanita yang penjaganya semua wanita? No way! Big No! Kau pikir nanti mereka, para wanita itu tidak akan melirikmu dan mengagumimu karena Kau mau masuk ke sana?" Ia membelalak sambil berkacak pinggang.

Oh Tuhan, apa yang dipikirkan perempuan dihadapanku ini? Bukankah aku bisa saja menunggunya di parkiran? Apakah dia berencana mengajakku memilih ukuran dan warna beha juga?. "Lantas bagaimana, Sayang?" Aku harus berhati-hati menyampaikan maksudku bila tak ingin didera kata-kata sederas mitraliyur yang ditembakkan tentara zionis kepada warga Palestine di jalur Gaza. Kutatap wajah cantik berbingkai surai singa itu dengan tulus. Kulihat dia tersenyum lebar, sangat lebar dengan mata yang setengah terpicing. Ini bukan pertanda baik kataku membatin.

Setelah beberapa detik berlaku, dia tersenyum lebih lebar dan bersandar di dadaku. Oh Tuhan, ini benar-benar pertanda buruk bagiku. Dan benar saja, setelah terkekeh sejenak Lalu menghujaniku dengan kecupan, dia berkata, "Sayang, Kau bisa menjahit beha untukku Kan? Kau belum pernah membuat sesuatu yang seperti itu untukku, nanti Kita cari bahannya, membuat polanya atau sekedar menjiplak dari beha bekas itu, Kau bisa Kan?"... Dhuuaarrrr...bluuarrrhhh, aku rasa seperti disambar petir di pagi buta, hendak menjerit tak bisa, protes apalagi?

Aku benar-benar dihukum atas dosaku merusak beha terakhirnya. Hanya Tuhan Yang Tahu betapa anehnya perempuan itu. Aku hanya bisa pasrah mengangguk sambil memaksa tersenyum seikhlas-ikhlasnya meskipun hatiku berdarah. Apa kata karyawanku bila mereka tahu, GM mereka harus menjahit beha untuk istri? Untuk apa aku memberinya kartu debit dan kredit tanpa batas bila sepotong beha pun harus jahit sendiri?

Seperti membaca pikiranku yang bercampur aduk, tak mudah kusembunyikan, perempuan tercantik itu mengecup bibirku lalu berbisik manja, "kalau Kau bisa menjahit beha yang cantik, aku akan biarkan Kau jadi Raja sebulan. Lagipula, Kau tidak kuminta menjahit berlusin-lusin, cukup satu saja". Tanpa pikir panjang, seperti seorang pahlawan yang datang menyelamatkan Sang Ratu, aku angkat perempuan itu menuju kamar. Jahit beha? Baiklah... Apa artinya sepotong beha bila dibandingkan dengan posisi sebagai Raja saat bercinta. "Bayar DP dulu!"


Cerita ini hanya fiksi semata, apabila ada peristiwa, nama, alamat Dan nomor rekening yang sama, itu hanya kebetulan semata.
Percayalah...akun ini dibajak!

Sort:  

Hahahaha... Korban novel china, cint😂

Me... Ini sih bikin rusak reputasi 🤦🏽‍♂️

Ha ha ha kocak deh sambinoe @cicisaja dan samlakoe @dipoabasch udah selesai belum jahitanya tu kwkwkwwk

Fiksi ini bung...fiksi, bukan tulisan saya🤦🏽‍♂️ tadi tahu2 dia pinjam jari buat tekan post.. kirain apa, begitu baca...Astaghfirullah, ini kalau kebanyakan merokok, isengnya luar biasa

Ya tahu bang, kan di atas sudah ditulis fiksi.

Habis Sudah reputasi saya🤦🏽‍♂️🤦🏽‍♂️🤦🏽‍♂️ @cicisaja...you're killing me!

Ha ha ha..tenang bang, ceritanya keren dan kocak,..fiksi karangan sendiri atau gimana tuh bang

Kerjaan istri saya, yg punya ide aneh2 cuma dia aja

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 63098.06
ETH 2563.30
USDT 1.00
SBD 2.83