Tentang No Kolor Day

in #indonesia7 years ago

image

NO KOLOR DAY itu nama sebuah band. Band indie. Terbentuk begitu saja, hanya dengan sekali buka suara seorang @marxause kepada @fooart pada satu malam yang sepi di Bivak Emperom. Itu malam ketika @zeds tengah sembab matanya karena melulu pelototin layar Mac Book Pro kesayangannya saat melayout buku Judul di Belakang (JdB).

Fooart dalam dunia musik, sejatinya adalah frontmen Seungkak Malam Seulanyan. Juga band indie sekaligus salah satu lini aksi musik Komunitas Kanot Bu (KKB). Lagu-lagunya bertema isu-isu sosial Aceh yang liriknya ditulis secara keroyokan oleh orang-orang di @kanotbu, sementara musiknya diaransemen Fooart sendiri. Untuk mendengar lagu-lagu Seungkak Malam Seulanyan, carilah di laman-laman youtube terdekat.

Ketika urusan cetak buku JdB sudah sampai pada tahap-tahap menegangkan, nama No Kolor Day terabaikan begitu saja. Tapi kemudian mencuat kembali ketika Zeds harus melototin layar Mac Book lagi untuk menyiapkan poster luncur dan bedah buku JdB. Di poin penghibur, ia harus menerakan nama sebuah band, karena begiulah lazimnya poster acara-acara yang dihelat KKB sejak empat tahun terakhir. Seungkak Malam Seulanyan? Tidak, karena No Kolor Day yang jadi pilihan.

image

Saat nama No Kolor Day mencuat lagi jadi pilihan sebagai nama band yang akan tampil di acara luncur dan bedah buku JdB, @iqbalubit sedang ada di Bivak Emperom, dan Fooart baru tiba dari Meureudu, kampung asalnya. Sama halnya dengan Fooart, Iqbal juga seorang musisi. Muda, berbakat, pentolan grup musik Amroe & Pane Band yang kerap jadi gitaris atau keyboardis sekaligus backing vocal.

Di sela-sela bermusik dengan Amroe & Pane Band, Iqbal juga dikenal sebagai musisi panggilan. Ia punya pengalaman manggung bejibun di cafe-cafe dan beberapa hotel berbintang di Banda Aceh. Hermes Hotel salah satunya, dan di antara sekian kesenangannya manggung di banyak tempat itu, satu kesialan bermusiknya pernah terjadi dan pernah ditulis dengan sangat dramatis oleh Zeds.

Lantas dua musisi muda itu saling mengangguk untuk kembali sepanggung. Sebelumnya, telah tercatat dalam buku permusikan Komunitas Kanot Bu, pertama sekali keduanya sepanggung terjadi pada April 2014 di gelaran Panggung Aceh Hijau (PAH). Yaitu satu pagelaran musik kampanye lingkungan yang dibesut atas kerjasama KKB dengan Koalisi Penyelamat Hutan Aceh. Momen keduanya sepanggung itu lantas berlanjut pada tahun-tahun setelahnya, dan yang terakhir adalah panggung Resistancoustic yang digelar KKB pada Oktober 2017 di Rumoh Budaya, Banda Aceh.

image

"Kabereh. Nanti kita pakai nama No Kolor Day saja," kata Fooart disambut tawa girang Iqbal tanda persetujuannya untuk kembali manggung bersama. Lantas semua orang di Bivak Emperom terlibat dalam pembicaraan tentang nama band yang dari kata per kata berarti Hari Tanpa Sempak. Dan Fooart kemudian menghubungi Syafri dan Alan untuk ikut dalam band dadakan ini.

Dua nama terakhir itu adalah pemain cello dan drummer. Keduanya mahasiswa Jurusan Seni Drama Tari dan Musik Unsyiah, dan aktif dalam satu band bernama Koloni Musuh. Tapi kepastian keduanya untuk ikut dalam proyekan No Kolor Day yang akan tampil di hari luncur dan bedah buku JdB tidak datang malam itu juga. Syafri dan Alan baru mengabarkan ikut terlibat pada malam, 12 jam sebelum acara mulai. Fooart sumringah. Iqbal juga. Orang-orang di Bivak Emperom ikut gembira.

Esoknya, 14 Januari 2018, sekira satu jam sebelum azan dhuhur Syafri dan Alan datang. Lalu dalam hitungan dua setengah jam, Fooart, Iqbal, Syafri dan Alan latihan. Ada lima nomor lagu yang disiapkan. Empat diantaranya lagu-lagu milik Amroe & Pane Band, berturut-turut berjudul Bustanussalatin, Kuta Malaka, Uleue Raja Timoh, dan Sabe-sabe. Satunya berjudul Asam Kareng, lagu kolaborasi Seungkak Malam Seulanyan dan Amroe & Pane Band. Terakhir adalah lagu yang menghentak dengan lirik kritik dan perlawanan berjudul Nyoe Tanoh Kamoe besutan Seungkak Malam Seulanyan.

"Nyoe tanoh kamoe. Ureueng gampong dum ka soh krong. Yang cok laba ureueng luwa. Cut bacut-bacut tanoh Aceh ka disipat ka dimeukat keudeh u nanggroe luwa. ..."

Itulah penggalan lirik lagu yang menghentak itu. Dan benar, acara luncur dan bedah buku JdB sore itu berjalan dan berakhir dalam hentakan-hentakan yang tak pernah diprediksi orang-orang Bivak Emperom sebelumnya.

Sort:  

Aku langsung jatuh cinta pada mereka begitu melihat kemarin. Dalam hati terbersit, jika diorbitkan pasti bertussssss.

Sama, diriku pun terpincut terfunfun...

Sila tonton itu mbak. Perform Oktober 2017.

Mesti nyari produser yang tahan banting buat orbitin orang-orang berbakat gini @ihansunrise. Haha

Hantom na kolor meu si day

Hahaja... Ka keunong steemit cit rupajih hah? Haha

No Kolor Day, Only Sarong Suits the Day,hahah

Lagee awak koh boh pake ija krong tan sileuwueleue dalam. Haha

Lam geutiek ka phong, lam thong kok ka mangat. Hahaha
Kira-kira padum na treb rencana hana kolor @fooart ?

Nggak pakai kolor tnyt memang lebih keren hehehe

Tapi hari itu mereka pake semua kok mbak. Haha

Bereh that... na syafri cello lagoo.. neupakat jih maen steemit brader...

Kalheuh teu pakat. Ureueng meu talenta cit harus ta pakat. Tinggai peu dikonfirm ato han akun rakan nyan.

Dari phon lon bergabung ka lon pakat.. tapi hana minat watee nyan lon kalon...

No kolor day Inspirasi dari gerakan "No Bra Day". Sama halnya ketika kita celetukan kata "Seungkak Malam Seulanyan". Celakanya, kita jarang berpikir mencetus itu band punya nama.

Yang spontanitas biasa lebih jujur adanya.

Namanya unik, ada chanel youtubnya nggak Bang?

No Kolor Day belum ada channel. Tapi kalo yang Seungkak Malam Seulanyan dan Amroe & Pane Band tinggal cari aja di youtube pasti ada. Cuma lagunya bahasa Aceh semua. 😀

oran2 kreatif, nama bandpun kreatif.

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.13
JST 0.027
BTC 58470.49
ETH 2617.16
USDT 1.00
SBD 2.39