Malam Tasyrik Di Banda Aceh

in Indonesia3 years ago

IMG_20210720_203414.jpg

BANDA ACEH tetap berdenyut. Lengang tak begitu kentara. Kedai kopi hanya buka satu dua. Penuh. Dan orang-orang merapatkan diri di sini seperti hendak menegaskan bahwa inilah sisa kuasa yang mereka punya untuk sebuah pembangkangan terhadap segala anjuran negara. Tapi negara sudah barang tentu tak sama dengan organ pos ronda. Yang strukturnya hanya terdiri dari; paling banyak selusin orang, dan alat yang mereka punya hanya sebatas tok-tok, pentungan dan obat nyamuk bakar, itu pun berupa papan telur bekas.

Negara punya kuasa penuh. Mengatur sebuah kota sekelas Banda Aceh bukanlah hal yang bikin susah. Sama tidak susahnya ketika Banda Aceh mengatur kota-kota pembangkang di pesisir utara timur dan barat selatan pada abad-abad silam. Abad-abad manakala kota ini masih belum menciut seperti sekarang, yang ditabal sebagai simbol dari satu negara yang mengawal Selat Malaka dan Laut Andaman hingga Samudera Hindia dengan galiung-galiung tempahan para tukang Ottoman.

Bekal pengalaman (boleh jadi hanya sekadar nostalgi) demikian, Banda Aceh tahu betul menempatkan diri. Ia telah begitu paham, bahwa:

Kehendak negara adalah wabah itu sendiri, terutama ketika negara tahu kehendaknya disambut dengan pembangkangan. Sebaliknya, manut-manut saja adalah alamat penambahan anggaran. Maka celakalah kota yang menafikan segala subsidi.

IMG_20210720_203353.jpg

Untuk para pembangkang, terutama mereka yang tetap berleha-leha di kedai kopi hingga jadwal kepatuhan pukul 22.00 WIB terlewati. Banda Aceh hadir sebagai perwakilan negara. Atas nama negara, Banda Aceh sama pongahnya seperti lazimnya para apatur, terutama ketika berhadapan dengan para jelata. Dan yang berleha-leha di kedai kopi akan senantiasa berhadapan dengan alat negara yang kuasanya ratusan kali lipat dibanding kuasa yang dipunyai alat pos ronda.

Maka yang berhimpun di kedai kopi lerai. Pukul 22.12 WIB kedai kopi yang tadinya buka satu dua tutup sudah. Para pekerja terengah-engah. Sama terengah-engahnya dengan pemilik kedai kopi itu sendiri oleh sebab tagihan gaji pegawai, listrik, air, bubuk kopi, dan kreditan bank per bulan tak tertutupi gara-gara omset turun.

Yang bersisa adalah para penjual sandal sepatu di pinggir jalan Ahmad Dahlan yang hampir semuanya asik menekuri gawai mereka alih-alih menawarkan barang pada pembeli. Penjual asesoris dan manik-manik di Jalan Dipenogoro kuyu. Hal yang sama tampak pada raut muka penjual jamu di depan Kantor Bank Syariah Mandiri. Hotel Kyriad kesepian di Simpang Lima. Dua orang penjual burger di trotoar Jalan Daud Beureu-eh tengah memungut kursi plastik satu per satu, sementara di badan jalan, di lajur paling kiri, tiga buah mobil patroli berjalan sedemikian pelannya dan nyala lampu biru menyengat berkerlap kerlip penuh intimidasi.

Hanya ada satu rak nasi goreng yang buka di Jambo Tape. Penjualnya sibuk menggembirakan; empat pembeli antri menunggu pesanan mereka selesai dibungkus sambil bermain gawai. Di Beurawe, jembatan yang memotong bilah Krueng Aceh sama bekunya dengan mall Matahari. Setakat dengan apa yang tampak setelahnya, di Simpang Surabaya, tiga ekor kucing berkejaran di trotoar, di sela-sela deretan rak penjual makanan yang kosong melompong.

Peuniti boleh dibilang mati. Jalanan menuju Meuligo pun sama, meski di seberang pintu gerbangnya, di tanah kosong yang semestinya masuk dalam teritori 'keramat' Kandang XII tapi sejak lama dikuasai alat negara yang gampang bengis dan suka brutal itu telah dipoles dengan lelampu ragam warna. Kini tanah kosong ini telah dialihguna sebagai Pendopo Food Court. Perihal yang agak meujawie meunan, jika tidak ingin dibilang terlalu dipaksakan.

Malam Tasyrik di Banda Aceh berdenyut dengan pelannya. Dan takbir tahmid yang berkumandang merdu dan membahana dari corong Masjid Raya, di tengah kepungan wabah yang entah kapan enyah ini, adalah defibrillator yang sedikit banyaknya bikin kota serenta Banda Aceh bisa berdenyut normal; setidak-tidaknya ketika ia ingin menambah lampu-lampu hias atau mengganti beton trotoar jalan tiap setahun atau dua tahun sekali.

IMG_20210720_203341.jpg

Banda Aceh, 23.19 WIB.
Tasyrik Terakhir 1442 Hijriah.

Coin Marketplace

STEEM 0.17
TRX 0.15
JST 0.028
BTC 62104.41
ETH 2404.22
USDT 1.00
SBD 2.49