Bagaimana Sampah Menonton Sampah, Karya Instalasi Zulham Jusuf di Pameran ARTrash Project

in #indonesia6 years ago

image

Karya instalasi satu ini cukup simpel. Kursi besi yang bermotif uliran-uliran ornamen diletakkan menghadap seperangkat tivi tabung bekas. Di atas kursi bundelan sampah dalam kantong kresek warna warni ditata menyerupai figur manusia. Seolah-olah tumpukan sampah yang duduk di atas kursi tersebut sedang menonton tivi. Ini dipertegas dengan judul karya, "Bagaimana Sampah Menonton Sampah".

Itu adalah karya Zulham Jusuf atawa @zeds. Seorang ahli desain grafis yang punya minat khusus dalam hal seni rupa, musik, dan sastra, (tari?), yang dalam dua bulan sebelumnya ikut mengajar seni media baru di beberapa sekolah, program Seniman Masuk Sekolah.

Bagaimana Sampah Menonton Sampah adalah karya instalasi @zeds yang kesekian dalam ranah seni rupa. Dipamerkan dalam gelaran pameran ARTrash Project bertajuk Lat Batat Kayee Batee. Yaitu sebuah pameran seni rupa yang diusung oleh YSEALI dan Komunitas Kanot Bu di Bivak Emperom pada 1-3 Januari 2018, dimana pada 28-29 Desember tahun sebelumnya telah diadakan workshop berkarya dengan menggunakan sampah sebagai materi utamanya.

Di pameran kali ini @zeds membuat dua karya. Dua-duanya memakai bahan-bahan sampah di sekitarnya. Jika melihat proses pengkaryaannya, ini seniman hanya main-main saja. Tapi mengingat seni rupa kontemporer, lebih-lebih dalam ranah seni media baru, berhasil tidaknya suatu karya bukan dinilai dari keindahan semata--karya instalasinya cukup mampu memantik pemikiran kita untuk berpikir ulang pada beberapa hal menyangkut kebiasaan kita sehari-hari.

Estetika, dan artistik berada setara dengan gagasan atau wacana yang diusung pada sebuah karya. Dalam beberapa dekade terakhir, karya-karya instalasi yang dipamerkan di galeri-galeri baik tingkat dunia atau nasional lebih mengedepankan gagasan-gagasan sosial. Dimana sisi estetika dan artistiknya kadang hanya jadi urusan belakangan.

Begitu juga dengan halnya karya instalasi Zulham Jusuf kali ini. Menyesuaikan gelaran acara yang secara garis besar mengajak para seniman merespon isu sampah dalam pengkaryaannya, ia bukan hanya melihat sampah dalam bentuk material belaka. Tapi lebih dari itu, yang dengan karya instalasinya ia mengungkap bahwa sampah sosial sama berbahayanya dengan sampah-sampah fisik yang ada di sekitar. Sampah sosial bisa menggerogoti pikiran, gaya hidup, persepsi, yang sebagian ajaran-ajarannya bermuasal dari acara-acara bangai di televisi.

Maka jika ingin menanyakan kepada siapa karyanya tertuju? Mungkin karya instalasi Bagaimana Sampah Menonton Sampah akan menjawab sendiri dengan lugas dan gamblang dengan deretan kalimat seperti ini. "Karya ini didesikasikan kepada mereka yang lebih tahu jumlah jerawat di muka Rafi Ahmad ketimbang di mukanya sendiri. Juga tertuju kepada mereka yang lebih hafal nama penyanyi Korea dari pada nama kakek buyutnya sendiri."

image

Sort:  

Setuju kang @bookrak setuju. Walaupun ada perkataan dari arab yang bunyinya "Pria bukan lah orang yang berkata 'inilah ayahku', tapi ia adalah orang yang berkata 'inilah aku'" Tapi mengenal para pendahulu juga penting, karena merekalah kita ada

Betul @muhammadhaidar. Tapi gejala yg diajarkan program-program acara tivi tanah makin terasa di sekitar kita. Ambil contoh, ya, itu tadi, orang-orang lebih tahu nama aktor Korea dari pada tahu nama kakek buyutnya. Salam.

Coin Marketplace

STEEM 0.17
TRX 0.13
JST 0.030
BTC 56519.24
ETH 2991.31
USDT 1.00
SBD 2.16