The Investigation Experience Covering | Pengalaman Meliput Investigasi |

in #life7 years ago (edited)

In November 2004 I did a cover story about the illegal fees collected along Medan - Banda Aceh road. This coverage is funded by Kippas Foundation (Medan) in collaboration with the Tifa Foundation. The drivers of freight and passengers, screaming at the cost of the stealth they had to spend along the way. The amount of fees they spend varies, depending on the goods carried and the behavior of the police in each post. Beatings are often accepted by the driver if they refuse.


Source

This covering experience was then presented to journalists in Medan (North Sumatra) and attended by Sherry Ricchiardi, Ph.D. He is a senior writer for the American Journalist Review (AJR), specializing in international issues and professor emeritus in journalism at Indiana University.

In addition to Indonesia, Ricchiardi has conducted media training in developing countries worldwide for the International Journalist Center and as part of a US State Department speaker program. Before entering the media development, he spent 14 years at the Des Moines Register as an investigative reporter and magazine writer of the week. He later became city editor for Columbia Missourian magazine, a newspaper produced at the University of Missouri School of Journalism, his alma mater. In 2003 and 2009, Sherry won the National Press Club's highest award for press criticism over a story published in AJR.


ILLEGAL CHARGES (pungli in Bahasa) on freight, especially goods, has a wide impact for the economy in Aceh. Occurred a domino effect that ultimately harm the small community. The freight forwarders do not want to lose this action so they raise the freight. Then, traders also do not want to lose and choose to raise the price of goods. For transport and food, inflation in Aceh is usually well above the national average of inflation.

A rebuttal from a police officer in Aceh is often conveyed to journalists upon confirmation. For that, it takes concrete evidence in delivering the news about illegal fees. Do not just write a driver complaint, then make confirmation to the relevant officials.

Some are interesting, illegal charges was almost nothing when it rained along the way. So this becomes the starting point for coverage. I traveled from Lhokseumawe - Medan and witnessed directly how the illegal levies were made by police who were generally non-organic Brimob. At a post in Aceh Timur, a truck driver was asked what he was carrying.

When it got the answer, palm oil, the policeman asked for Rp100,000. The driver said he did not have that kind of money. Instead of "making peace" with the amount, the police even raised the levy to Rp200,000. Each driver complaint was greeted with an increase in levies until it finally became Rp500,000. Finally, the driver was instructed to park the truck and make the requested sums.

• Time and cost

The first trip, unfortunately, there was no rain down all the way although the weather in Lhokseumawe initially looked cloudy. Likewise with the return journey from Medan - Lhokseumawe. So, it takes an additional trip to prove that pungli does not happen when it rains. Finally, in the second journey from Lhokseumawe - Medan, it is proven that illegal charges is not available when it rains. Police officers just stay at his post a little way from the highway. In areas of conflict, the post is not built too close to the highway to avoid grenade throwing and offenders easily.

This coverage takes a long time and costs higher than making news straight news. It is not enough to just interview the driver and then confirm to the police officer, but it needs observation. Looking directly at the systemic patterns of illegal levies and how some drivers build networks with illegal perpetrators. From several trips, it appears that the levy was sometimes carried out by a number of small children on police orders.

• Confirmed

Another obstacle to the coverage is the difficulty of obtaining confirmation from the police in the field. It is impossible to interview perpetrators in the field if they do not want to be stretched. Finally, to make the news so cover both side, interviewed by police officers in Polda (Regional Police) who more rebutted than information.

• Anonymous sources

The victim drivers generally refused to be named in the news. There is even a driver who requested the color of his car paint was not written, let alone the license plate number. This is understandable for security reasons. But because so many restrictions must be obeyed, the report can be considered a not clear, the source is not strong and doubt the truth of the information it provides. There is a belief, the more courage a source shows her identity, the more responsible she is for the information she gives.

The use of anonymous sources in the coverage of these illegal fees is inevitable. No one driver wants his name written, not even for a nickname!

Sherry.jpg

Pengalaman Meliput Investigasi

PADA masa konflik bersenjata di Aceh, saya melakukan liputan mengenai meruyaknya pungutan liar di sepanjang jalan Medan – Banda Aceh. Liputan ini dibiayai Kippas yang bekerja sama dengan Yayasan Tifa. Para supir angkutan barang dan penumpang, menjerit banyaknya biaya siluman yang harus mereka keluarkan di sepanjang perjalanan. Jumlah biaya yang mereka keluarkan bervariasi, tergantung barang yang dibawa dan perilaku polisi di setiap pos. Pemukulan kerap diterima supir jika menolak.

Pengalaman meliput ini kemudian saya presentasikan di depan para wartawan di Medan (Sumatera Utara) dan dihadiri Sherry Ricchiardi, Ph.D. Dia adalah seorang penulis senior untuk American Journalist Review (AJR), yang mengkhususkan diri dalam isu-isu internasional dan profesor emeritus dalam jurnalisme di Indiana University.

Selain Indonesia, Ricchiardi telah melakukan pelatihan media di negara-negara berkembang di seluruh dunia untuk Pusat Jurnalis Internasional dan sebagai bagian dari program pembicara Departemen Luar Negeri AS. Sebelum memasuki pengembangan media, dia menghabiskan 14 tahun di Des Moines Register sebagai reporter investigasi dan penulis majalah minggu. Dia kemudian menjadi editor kota untuk majalah Columbia Missourian, sebuah surat kabar yang diproduksi di University of Missouri School of Journalism, almamaternya. Pada tahun 2003 dan 2009, Sherry memenangkan penghargaan tertinggi National Press Club untuk kritik pers atas cerita yang diterbitkan di AJR.

Ricchiardi-Sherry.jpg
Sherry Ricchiardi


PUNGUTAN LIAR terhadap angkutan, terutama barang, mempunyai dampak luas bagi perekonomian di Aceh. Terjadi efek domino yang ujung-ujungnya merugikan masyarakat kecil. Para pengusaha jasa angkutan tidak mau rugi dengan aksi ini sehingga mereka menaikkan ongkos angkutan. Kemudian, pedagang juga tidak mau rugi dan memilih menaikkan harga-harga barang. Untuk transportasi dan dan makanan, inflasi di Aceh biasanya jauh di atas rata-rata inflasi nasional.

Bantahan dari pejabat kepolisian di Aceh sering disampaikan kepada wartawan saat dikonfirmasi. Untuk itu, dibutuhkan bukti konkrit dalam menyampaikan berita tentang pungli. Tidak sekadar menulis keluhan supir, lalu melakukan konfirmasi pada pejabat terkait.

Ada yang menarik, pungli ternyata hampir tidak ada bila hujan turun di sepanjang perjalanan. Maka ini menjadi titik tolak melakukan liputan. Saya menempuh perjalanan dari Lhokseumawe – Medan dan menyaksikan langsung bagaimana pungli itu dilakukan polisi yang umumnya merupakan Brimob non-organik. Di sebuah pos di Aceh Timur, seorang supir truk ditanyai barang apa yang dibawanya.

Ketika mendapat jawaban, sawit, polisi itu minta uang Rp100.000. Supir mengatakan tidak punya uang sebanyak itu. Bukannya “berdamai” dengan jumlah, polisi malah menaikkan pungutan menjadi Rp200.000. Setiap keluhan supir disambut dengan kenaikan pungutan sampai akhirnya jadi Rp500.000. Akhirnya, supir diperintahkan memarkirkan truk dan mencari uang sejumlah yang diminta.

• Waktu dan biaya

Perjalanan pertama, sayangnya, tidak ada hujan turun sepanjang perjalanan kendati cuaca di Lhokseumawe awalnya terlihat mendung. Demikian juga dengan perjalanan pulang dari Medan – Lhokseumawe. Maka, dibutuhkan perjalanan tambahan untuk membuktikan bahwa pungli tidak terjadi bila hujan turun. Akhirnya, dalam perjalanan kedua dari Lhokseumawe – Medan, memang terbukti pungli tidak ada bila hujan turun. Aparat polisi hanya berdiam di posnya yang agak jauh dari jalan raya. Di daerah konflik, pos memang tidak dibangun terlalu dekat dengan jalan raya untuk menghindari pelemparan granat dan pelaku kabur dengan mudah.

Liputan ini membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan membuat berita straight news. Tidak cukup hanya mewawancarai supir dan kemudian konfirmasi pada pejabat polisi, tapi perlu observasi. Melihat langsung pola-pola sistemik pungli yang dilakukan dan cara sejumlah supir membina jaringan dengan pelaku pungli. Dari beberapa perjalanan, terlihat pungutan itu kadang dilakukan sejumlah anak kecil atas suruhan polisi.

• Konfirmasi

Kendala lain dalam melakukan liputan tersebut adalah sulitnya mendapatkan konfirmasi dari polisi di lapangan. Tidak mungkin mewawancarai pelaku pungli di lapangan kalau tak ingin digampar. Akhirnya, untuk membuat berita jadi cover both side, diwawancarai petinggi polisi di Polda yang lebih banyak menyampaikan bantahan daripada keterangan.

• Sumber anonim

Para supir yang menjadi korban umumnya menolak namanya ditulis dalam berita. Bahkan ada supir yang minta warna cat mobilnya pun tidak ditulis, apalagi nomor plat polisinya. Ini dapat dipahami karena alasan keamanan. Tapi karena begitu banyak batasan yang harus dipatuhi, laporan bisa dianggap sumir, sumbernya tidak kuat dan diragukan kebenaran informasi yang diberikannya. Ada keyakinan, semakin berani seorang sumber menunjukkan identitas dirinya, semakin bertanggung jawab ia terhadap keberanan informasi yang diberikannya.

Penggunaan sumber anonim dalam liputan pungli tersebut tidak bisa dihindari. Tidak ada satu supir pun yang mau namanya ditulis, bahkan untuk nama panggilan sekali pun!

Badge_@ayi.png

DQmNuF3L71zzxAyJB7Lk37yBqjBRo2uafTAudFDLzsoRV5L.gif

Sort:  

Artikel yang menarik..

Udah di vote ya tolong di follback dan vote @ronaldsteem89 terimakasih salam stemian dari lampung 😁 . .

Pada saat konflik setiap barang yang kita bawa selalu diperiksa. Hampir di semua perbatasan kabupaten diperiksa. Yang paling parah, terkadang barang yang kita bawa packaging nya jadi rusak karena ditusuk-tusuk menggunakan senjata tajam.

pengalaman yang sangat luar biasa

Sejarah kelam yang pernah terjadi di aceh, semoga saja tidak akan sampai terulang kembali..
Nice post om @ayijufridar

Pasti ditemani dengan suasana yang mencekam saat itu, juga ikut mempertaruhkan nyawa saat meliput.

Wow, salut atas perjuangan dalam melakukan investigasi!

Jadi, kalau tidak hujan, dalam perjalanan Medan-Banda Aceh atau sebaliknya, berapa kali dipalak?

Kalau masa sekarang, kira-kira apa praktek ini masih ada, bg @ayijufridar?

Jaman sekarang, sepertinya utk kasus2 seperti ini, biar dapat bukti kuat, pakai direkam diam2. Kalo bukan utk kepentingan liputan secara profesional, orang akan pakai rekaman ini utk diviralkan di media sosial. Lebih nampol efeknya hehehe...

Hasil liputan itu sudah dituangkan dalam sebuah liputan yang berjudul Perjalanan di Bawah Hujan yang dimuat di www.acehkita.com. Pertanyaan @horazwiwik tentang berapa kali dipalak, membuat saya jadi teringat dengan naskah tersebut. Nanti saya cari lagi dan posting lagi ke Steemit.
Pungli masih tetap ada meski dengan pelaku dari oknum berbeda, termasuk lembaganya. Meski ada saber pungli dari polisi, tetapi secara diam-diam praktek tersebut masih terjadi.
Memang harus ada bukti lengkap seperti rekaman agar tidak bilang fitnah dan ada bukti ketika terjadi kasus hukum. Makanya, liputan investigasi ini sangat sulit dan membutuhkan biaya besar.

oke sip, saya pengin baca hasil liputannya. seru kayaknya.

gabung2 pak di situ,, alhadulillah saya jadi manager untuk indonesia
bantu kawan2 di indonesia agar di perhatikan dari penjuru lainnya.

Saya pernah buka akun dulu di situ. Tapi kemudian tidak aktif lagi.

tolong invite wa saya pak ..
082273137993

Sudah saya sapa, @arie.steem...

Siip mas, investigasi adalah liputan yang menantang, tapi harus hati2 dalam peliputannya. :)

Benar @happyphoenix. Risikonya besar, makanya banyak liputan investigasi dilakukan satu tim, bukan satu orang.

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.13
JST 0.030
BTC 65017.48
ETH 3454.80
USDT 1.00
SBD 2.50