True Story || Qada Bersua Tiga Lelaki Renta Senja

in Steem4Bloggerslast month

1000161916.jpg

Qada bersua tiga lelaki renta senja

(Image source by : pixabay.com)


Malam itu hujan sangat lebat disertai angin kencang dan guntur menggelegar tak henti layaknya berdebat hebat dengan Mega lagi bumantara di akhir pekan malam itu. Tak ayal cuaca akhir-akhir ini terbilang cukup ekstrem di Tanah Purabaya.

Sayangnya °keberuntungan senantiasa menghampiriku. Yeah, aku lebih suka menyebutnya seperti °itu. Sebegitu yakin mantikku bahwa segala sesuatu yang terjadi atas pada diriku, kamu, kita, kalian & mereka adalah qada dan qadar dari-Nya.

Dimana pastilah terselip ibrah pasal segala sesuatu tersebut. Well, ban motorku bocor (?). Warita ini jika dihubungkan masih sangat erat kaitannya di postinganku beberapa hari lalu.

***

Selepas duduk di pelojok kosong dan mengisi perutku yang beberapa jam lalu suah berdendang senandung keroncong, aku berkutat dengan 1Toshi, papan elektronik intan payungku.


Toshi dalam Bahasa Jepang memiliki banyak arti, salah satunya ialah bijaksana. Terang saja aku memangilnya Toshi, berpasal ianya ialah tolan yang paling nir rewel & terpaham akan segenap isi benakku atas alphabet yang kerap menabrak lari nari di asabatku. Usia Toshi kuperkirakan kurang dari dua tahun atas satu kali kampanye PeMiLu


***

Yeah, di gulita ini aku teragak laun tiba di rumah. Pasalnya beberapa jam lalu aku terlampau lama menunggu hujan. Kutaksir kurang lebih hampir dua jam. Ditambah banku yang terlihat bocor maka aku dan kuda besiku harus agak lemah gemulai berjalan di atas aspal yang jua sedang licin sehabis dapat siraman (rohani) dari jumantara-Nya.

Bergegas aku mengenakan jaket tebalku seraya mengambil motorku di area parkir Richeese Factory what3words.com, Jl. Pahlawan, RT. 1, Pangongangan, Kota Madiun, Jawa Timur selepas menghabiskan makan malam & mengais inspirasi beruah ketikan di meja sudut.

2”Mbak ma’af, seperti e ban jenengan bocor, Mbak. Sebaiknya jenengan bawa dulu ke tukang tambal ban. Takutnya bahaya Mbaknya nanti di perjalanan. Lampu merah, belok kiri, di ujung jalan sebelum perempatan & gak jauh dari sini, di sana ada tukang tambal ban”, Ujar Bapak juru parkir mengingatkanku untuk lebih berhati-hati seraya membuat peta isyarat dengan kedua tangannya ke arah tukang tambal ban yang beliau maksud.

Tergurat rona sedikit cemas beliau (tukang parkir) kepadaku meski tan kenal. Mungkin karena suasana masih lumayan rintik-rintik & pastinya jalanan saat itu masih sangat licin karena sedari beberapa jam tadi diguyur hujan lebat disertai angin kencang.

3”MasyaaAllah. Matur suwon sangat, Pak. Tapi nuwun sewu, Pak. Apakah masih aman di jam segini jika saya lewat di jalan tersebut ? Karena ini udah agak kemaleman nggeh Pak”, Tanyaku agak sedikit mengerutkan kening pertanda kiranya was-was, berpikir bahwa apakah nanti akan aman sampai ke rumah jika tidak ke tukang ban karena ini sudah cukup larut.

”InsyaaAllah daerah sini aman, Mbak. Kota ini jarang terjadi tindak kriminal, Mbak”, lanjut Bapak tua tersebut dengan tutur kata yang lembut. InsyaaAllah memang aku akui selama setahun lebih dua bulan tinggal di kota yang asri & menghargai seni budaya ini.


1000161918.jpg

(Image source by : pixabay.com)


Di sudut ujung area parkir sewaktu aku ingin beranjak pergi beberapa detik kemudian, tak sengaja aku melihat sesuatu. Rintik & gelap sedikit basah, beralaskan karton aqua bekas dengan sandang hitam cabik lusuh. Tergeletak seorang yang sekelibat terlihat berusia senja sedang terbaring pulas lamun meringkik nekuk tangan & kakinya ke perutnya dalam tajamnya dingin hujan, pawana & gemuruh. Terus saja Pasal 34 Ayat 1 merta 2 UUD 1945 kerap terngiang-ngiang di benakku ketika melihat perihal serupa seperti itu, terutama di kota-kota besar. Lagu Ciptaan sang legenda yang segenap termahsur, “Yok Koeswoyo by Koes Plus - Kolam Susu” menggerayangi mantikku selama perjalanan ke tukang tambal ban.

IMG_20241122_224936.jpg

Qadaku bersua lelaki kedua yang jua suah berusia senja di larut gelita

Alhamdulillah benar saja. Tak jauh beberapa ratus meter dari Richeese Factory Kota Madiun, estimasiku ialah 150 meter-an kulihat tukang tambal ban. Di sana duduk dua orang laki-laki yang berusia cukup senja terlihat sedang menunggu pelanggannya. Kutaksir satunya berusia tujuh puluh tahunan ke atas lantas satunya lagi berusia enam puluh tahunan ke atas. Mungkin ini adalah qada-ku bertemu dengan mereka sebagai seorang customer. Karena itu seperti yang aku katakan di atas tadi bahwa segala sesuatu yang terjadi di atas ardh-Nya pasti bersua ibrah ianya. Yaa ‘Aliim tak pernah salah atas menakdirkan segala sesuatu. Begitu kira-kira konsep berpikirku.

To be continue part II

Nb :
1Toshi = panggilan untuk nama laptopku
2Mbak ma'af, sepertinya ban motor Mbaknya bocor. Sebaiknya Mbak bawa dulu ke tukang tambal ban. Takutnya bahaya Mbaknya nanti di perjalanan. Lampu merah, belok kiri, di ujung jalan sebelum perempatan & gak jauh dari sini, di sana ada tukang tambal ban
3MasyaaAllah. Terima kasih sekali, Pak. Tapi mohon ma'af sebelumnya, Pak. Apakah masih aman di jam segini jika saya lewat di jalan tersebut ? Karena ini sudah agak larut ya Pak

A massive thank you to my beloved friend @memamun @khursheedanwar @hive-109435 who supports The Steemian in this community @hive-109435. May Yaa Rahim bless your life, my brothers.



Warm regards,
Intropluv

@asiahaiss

Sort:  
 last month 

Thank you so much for invited

 last month 

Are you interested in making this month's curator team?

Coin Marketplace

STEEM 0.23
TRX 0.26
JST 0.040
BTC 98098.76
ETH 3483.62
USDT 1.00
SBD 3.27