Sparta, Kota Para Legiun yang Tanpa Peninggalan Budaya

sumber

Kamu pernah memperhatikan kaca belakang sebuah mobil? Terutama mobil yang terdapat di Aceh dan Sumatera Utara. Pada kaca belakangnya biasa terdapat stiker bertuliskan Sparta Karoseri . Saya sangat penasaran dengan kata Sparta tersebut. Kata ini lumayan populer di beberapa bacaan dan siaran televisi, terutama film yang saya nonton. Hingga beranjak dewasa, saya sadar kalau Sparta itu adalah sebuah kota kuno Yunani. Yunani kuno terdiri dari beberapa negeri (kota). Diantara lain adalah Athena, Sparta, Korinthia, dan Thebes. Athena dan Sparta adalah dua kota yang terbesar.

Hampir semua negeri-kota di Yunani kuno memiliki peninggalan budaya, kecuali kota Sparta. Tapi Sparta tetap hidup dalam sejarah Yunani karena kotanya unik. Penyusun konstitusi kota Sparta adalah Lycurgus. Lycurgus lah yang menjadikan Sparta menjadi bangsa militeristik, nasionalis, militan, disiplin, tahan banting. Sparta adalah kota pemuja heroisme. Hanya ada dua jenis warga yang boleh dikubur dengan menggunakan batu nisan, pria yang mati bertempur dan wanita yang mati saat melahirkan.

Di seluruh negeri Yunani, hanya perempuan Sparta yang bisa setara dengan pria. Hal itu karena melahirkan dianggap sebagai tugas negara dan cuma wanita yang bisa melakukannya. Saat melahirkan, setiap bayi Sparta yang lahir diperiksa oleh kaum tetua. Bayi yang cacat atau tidak sehat akan dibuang dan ditinggalkan terlantar ingga mati. Kenapa bisa demikian? Karena gaya hidup masyarakat Sparta sangat keras, bahkan sejak masa kecil, sehingga tidak ada tempat untuk orang yang cacat dan terbelakang.

sumber

Ketika berusia tujuh tahun, para pria Sparta sudah dipisahkan dari ibunya. Masuk ke Agoge yang mirip seperti barak. Dua belas tahun mereka tinggal di Agoge. Tugas mereka pertama di Agoge adalah membuat tempat tidur sendiri dari Ilalang sungai Eurotas. Mereka harus mencabut sendiri ilalang itu, tidak boleh memakai pisau. Memasuki usia dua belas tahun, anak-anak di Sparta diberi selembar mantel merah (Phoinikis) tiap tahun yang juga menjadi selimut tidur mereka. Itu harta satu-satunya yang diberikan negara.

Mereka juga sengaja diberi makan sedikit. Alasannya adalah supaya mereka mampu mencuri. Di Sparta, mencuri tidak dihukum. Satu-satunya dosa mereka adalah tertangkap. Apabila tertangkap, mereka akan dihukum cambuk dan dipukuli. Di Agoge, anak-anak Sparta belajar berkelahi dengan segala cara. Mereka dipersiapkan untuk bertempur.

Mereka dilatih terbiasa menahan lapar dan menahan rasa sakit. Ada ritual pencambukan massal, dimana semua anak dicambuk berjam-jam. Siapa yang bisa bertahan dengan rasa sakit dan tidak pingsan, mereka dianggap sebagai teladan.

sumber

Mereka diadu berkelahi satu sama lain, tidak kenal ukuran. Besar melawan kecil dengan tangan kosong juga dengan senjata. Tidak jarang perkelahian ini berakhir dengan kematian. Pria Sparta akan lulus dari Agoge, bila berhasil membunuh seorang budak (helot) dengan tangan kosong. Mereka tidak dibekali makan agar terpaksa membunuh.

Setiap laki-laki memiliki pria senior sebagai pembimbing. Kadang juga sebagai partner seks. Pembimbing ini pula yg kemudian memilihkan istri kepada pria tersebut sebagai tugas negara.

sumber

Sparta adalah satu-satunya kota Yunani tanpa menggunakan tembok pelindung. Warganya lah yang menjadi pelindung kota, karena setiap pria berkemampuan militer. Mereka tidak punya waktu untuk aktivitas lain di luar militer. Oleh sebab itu, Sparta paling besar dan tidak memiliki peninggalan budaya. Sekarang saya mengerti kenapa banyak film yang menggambarkan Sparta sebagai daerah dengan legiun terhebat di Yunani.