The Diary Game [Rabu, 11 Desember 2024: Ketidaksengajaan berselimutkan Pembelajaran]
Salam hangat Steemian semua
Hari Rabu tanggal 11 Desember dengan gemuruh jiwa sosial yang tersulut. Menghidupkan cinta akan pentingnya kebersihan kebun sayuran. Menyapu setiap daun kering yang bertebaran. Mengais harapan yang sedang berproses. Terkadang, setiap protes dilontarkan karena hasil yang tidak sesuai harapan. Sampah yang terkumpul disingkirkan di tempat yang disediakan.
Perjalanan waktu seakan menuntun diri untuk kembali pulang. Perjalanan ke sekolah di tempuh untuk menyambut teman seperjuangan. Kami bercengkrama untuk saling berbagi kisah dan pengalaman dalam balutan pertemuan. Membagikan setiap proses yang sedang dijalani dengan antusiasme mendalam. Perbincangan hangat disalurkan dengan gelak tawa dipertengahan obrolan.
Rasa kangen yang telah tersalurkan harus dilalui dengan perpisahan. Perjalanan pulang dilalui dengan sambutan hujan. Berteduh di toko buah milik keluarga teman dilakukan. Tubuh yang sedikit basah oleh guyuran air hujan berhadapan dengan buah nanas yang berserakan. Hal ini dikarenakan buah nanas yang baru datang.
Berhubung toko milik keluarga teman ini di jaga oleh ibunya. Kami mencairkan suasana di tengah guyuran hujan dengan beberapa perbincangan. Membahas akan lika-liku penjual buah yang dihadapkan dengan karakteristik para pembeli dan pedagang. Transaksi yang alot akan tawar menawar terkadang dihadapkan dengan kerugian. Namun, dalam beberapa kesempatan kerugian yang terjadi dapat dialihkan.
Rasa iba akan seluruh proses yang menghadang. Membuka mata untuk melihat sebuah perjalanan hidup dari dua sudut pandang. Apalagi resiko pedagang buah yang dihadapkan dengan busuknya buah yang diperjualbelikan. Pikiran semakin rumit disaat dagangan buah silih-berganti berdatangan. Pada akhirnya, keputusan menjual buah yang terhutang dilakukan.
Inilah sebuah ketidaksengajaan berselimutkan pembelajaran. Manusia hanya berusaha untuk menghidupkan otak agar tidak tergelincir oleh keadaan. Memutar otak untuk mengatur siasat mengembalikan modal. Sembari mengatur uang supaya mencukupi pemenuhan kebutuhan makan.
Sedekah memang sepantasnya dihidupkan. Serakah sudah sepatutnya di kubur begitu dalam. Itulah pembelajaran yang berharga diberikan. Hal ini tercermin dari es teh pemberian ibu teman yang mampu mencairkan seluruh perbincangan. Bahkan, kata-kata yang tertulis di gelas teh manis menyadarkan kerasnya kehidupan. "Carilah uang dia tidak punya kaki untuk datang padamu". Mencari uang memang dianjurkan, namun jangan lupa untuk berbagi dengan makhluk Tuhan.
Itulah tulisan yang dapat saya bagikan. Terima kasih atas kunjungan dan dukungan yang diberikan...