Telur Kelapa dan Kenangan Mawa dimusim Paceklik.

in #indonesia6 years ago

Kehidupan sebagai keluarga petani cukup membekas pada diri saya. Walaupun bapak saya seorang guru PNS. Sebab saya menghabiskan masa kecil bersama orang tua angkat. Mereka tak lain Ayahwa dan Mawa saya. Kehidupan sebagai petani juga mempengaruhi menu harian kami di rumah. Sudah menjadi biasa dimasa panen menu makan sedikit mewah. Mewah karena lauknya ada ikan basah. Sedangkan di musim tanam menu kami seadanya. Ikan asin atau bahkan cuma "bu lhok ngon sira" (nasi putih campur garam).

Minggu lalu Tuwanku MTA dan @acehpungo mengajak saya makan di Warung Keumbang Tanjong. Warung tradisional Aceh itu berada di seputaran Beurawe, dekat Hermes Mall Banda Aceh. Dan ada menu telur yang di aduk adonan kelapa, bawang, garam dan cabai kecil. Menu masa kecil saya dimusim turun ke sawah.

image

Melihat lauk ini terhidang, angan saya langsung berlari ke lorong waktu. Masa kecil dalam asuhan Ayahwa dan Mawa. Mengenang menu itu tetiba jakun saya naik turun. Sangking favoritnya saya dengan lauk ini. Biasanya lauk ini sebagai pengganti ikan di pagi hari.

Campurannya berupa telur bebek atau telur ayam. Parutan kelapa digiling bersama cabai kecil, bawang dan sedikit garam. Bahan ini kemudian diaduk bersama telur. Setelah adonan bercampur rata baru kemudian di goreng dengan sedikit minyak. Biasanya sebelum di hidang terlebih dulu di potong persegi. Yang saya ingat jumlah potongan sesuai jumlah kami anak anak. Buat Ayahwa selalu disediakan khusus. Yang tidak bercampur dengan hidangan kami.

image

Nah menariknya lauk ini dibuat pada musim musim tertentu. Yang saya ingat umumnya Mawa menghidangkan dimusim turun ke sawah. Terutama dimusim tanam. Dimusim ini biasanya bebek kami yang bersemayam di bawah rumah Aceh bertelur. Musim tanam juga masa berhemat. Sebab hasil panen sudah menipis. Sementara kebutuhan biaya turun ke sawah sedang membengkak. Lagi pula di. Musim tanam semua tenaga tertumpu ke sawah. Tidak ada penghasilan lain dari kebun atau kerja lain. Dimusim ini makan alakadarnya. Terkadang sarapan pagi cukup pisang atau ubi rebus yang diberi sedikit gula dan parutan kelapa.

Namun Mawa selalu memberi kami makan dengan lauk yang cukup. Menu lauk telur kelapa sudah cukup menggugah selera. Umumnya lauk ini di buat pagi hari. Sebab bahannya selalu ada di rumah. Dan saya sangat menyukai menu ini. Bila Mawa menghidang lauk ini. Satu siung milik saya cukup untuk menemani saya menghabiskan nasi sepiring besar. Dan memepertahankan kekenyangan sampai siang sekembali dari sekolah.

image

Dan kemarin di Warung Kembang Tanjung saya menghabiskan tiga potong. Perasaan saya sedang duduk bersimpuh didapur. Dekat tangga dapur di rumah Mawa. Makan sambil mengangkat piring diatas tangan kiri. Warung kembang tanjung telah mengembalikan masa kecil saya. Sehingga wajah Almarhum Ayahwa dan Mawa seperti hadir di pelupuk mata. Semua sudut dapur, serakan berbagai peralatan masak dan peralatan makan muncul kembali. Saya merinduinya. Walau mungkin itu kenangan dalam kemiskinan. Namun sepahit apapun sebuah pengalaman. Selalu menjadi indah saat telah menjadi kenangan. Doaku untukmu Ayahwa Dadeh dan Mawa Aminah. Ku yakin engkau berdua kini di Syurga. Kami tak kau lahirkan. Tapi bagi kami kau melahirkan dan mendidik kami lebih dari siapapun.

Saat menulis ini air mata saya tumpah. Sebab hanya Mawa yang sempat saya abdikan diri. Ayahwa meninggal ketika saya masih dalam masa sekolah. Itupun dengan Mawa tak lama saya sempat menjadi tumpahan keluh kesah hari tuanya. Tak lama saya sempat bangga ketika ia mengadu dan saya memberinya. Tak lama saya mencoba menjadi penopang kegelisahan menjalani hari tuanya. Saat saat saya bahagia mendengar dia mengeluh tentang tenaganya yang mulai renta. Tentang kebun dan sawahnya yang tidak terurus. Saya malah amat bahagia ketika dia mencurahkan semuanya. Saya merasa dia mencintai saya. Dan saya seperti menemukan oase seorang ibu sejati setiap dia menasehati saya. Bahkan terhadap hal yang salah. Saya amat menghormatinya. Bentakan Mawa yang telah renta bahkan meluruhkan sendi saya. Tak pernah saya membantahnya. Walau dalam hati tak setuju. Mawa doa terbaik saya buatmu. Salam buat Ayahwa. Aku mencintainya melebihi apapun didunia.

image

Sort:  

Tak bisa komen saya kali ini. terus mengalir dari satu fragmen ke fragmen lainnya, hingga kemudian menjadi sebuah cerita utuh. Ditunggu kisah membakar bon piutang toko elektronik, ucap salam pada tambak, mesin foto copy untuk menghidupi asap dapur, hingga kisah menipu petinggi TNI dengan batu cincin "keramat" demi keselamatan diri saat konflik.

Akhirnya semua tulisan ini jadi buku

sebagian kisah kana lam memori, cuma tinggai watei tuleh teuk dan peutamah ngon kisah kisah laen. aleh pajan ek jeut keu buku.

Hawa teuh wahai nyak kaoy @isnorman.

Provokais laju ngat geutuleh mandum, kah kon dari jameun jago bideung provokasi ureung

Saba, ta peusapat kepingvmemori dile bacut bacut melalui steemit

Mendadak lapar ni

Segera ke warung kembang tanjong hahahahahahaah

Pane tiga potong...karap mandum keudroe neuh ata lam pingan nyan hahahaha

Dikah nah, tabeue le haba lon ban ka meusu kah

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.15
JST 0.028
BTC 58192.51
ETH 2295.28
USDT 1.00
SBD 2.50